PWMU.CO – Ciri orang cinta dunia dikupas dalam kajian hadits Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Timika, Papua, di Aula TK Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) Timika, Papua Tengah, Ahad (20/8/2023).
Kajian rutin ini dilaksanakan setiap pekan, tepatnya hari Ahad selepas shalat Maghrib sampai Isya’.
Kajian ini diikuti dengan semangat dan antusias oleh warga Muhammadiyah, baik dari yang tua maupun muda.
Ketua PDM Timika Juma’ Aziz menyampaikan, warga Muhammadiyah mengikuti kajian keagamaan ini sangatlah penting untuk menambah ilmu dan wawasan juga sebagai wadah silaturahim warga Muhammadiyah.
“Kajian ini sangat penting, karena dari kajian, amal usaha Muhammadiyah dapat terbentuk,” ujarnya.
Ada dua bentuk kajian yang diadakan PDM Timika, tambahnya, yakni kajian ayat dan kajian kitab. “Kedua kajian itu terjadwal bergantian setiap pekannya,” ungkap dia.
Dia menuturkan, salah satu narasumber kajian adalah Ketua Ikatan Dai Indonesia (IDI) Timika Abdul Karim SAg.
“Kitab yang dikaji Bulughu al-Maram karya al-Hafidz Ibnu Hajar al-Atsqalani (773 H–852 H),” ujarnya.
Kitab ini merupakan kitab hadits yang menjadi rujukan hukum fikih oleh para ahli fikih.
Ustadz Karim–panggilan akrabnya–mengkaji bab adab (etika) dengan sub bab zuhud dan wara’ nomor hadits 1469-1471.
Ciri Orang Cinta Dunia
Hadits no.1469 Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,“Celakalah bagi orang yang menghamba dinar dan dirham (uang), celakalah bagi orang yang menghamba dengan kedudukan, orang seperti itu akan puas jika mendapat bagian, dan bila tidak diberi maka tidak ridha.’ Hadits riwayat Bukhori.
Dia menerangkan, hadits ini berkenaan dengan ciri orang cinta dunia. “Celaka bagi orang yang menyembah dinar dan dirham,” ucapnya.
Dinar merupakan mata uang yang beredar di kawasan Timur Tengah yang terbuat dari emas. Sementara dirham adalah mata uang yang terbuat dari perak.
“Artinya adalah celaka bagi orang yang menghamba, mendewakan, mengutamakan uang dan harta,” tutur dia.
Menurutnya, banyak orang yang mengejar uang dan harta sehingga meninggalkan kewajibannya kepada Allah, banyak orang yang tidak ikhlas dalam beramal karena ingin mendapat imbalan.
“Hadits ini juga memberi peringatan agar tidak menghamba pada jabatan,” ucapnya.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa dalam hadits ini uang dengan jabatan disandingkan?
Ustadz Karim menjelaskan, realita di kehidupan sehari-hari uang sangat berkaitan dengan jabatan sehingga banyak terjadi korupsi.
“Meskipun telah memiliki semua yang diinginkan, mereka yang menghamba pada uang dan jabatan pasti tidak akan puas karena yang dikejar bukan keridhoan Allah,” paparnya.
Dia menuturkan, mereka tidak bersyukur atas nikmat yang telah diberikan, sehingga diingatkan dalam hadits ini jangan sampai kita mendapat kecelakaan karena kita menjadi orang yang menghambakan uang dan jabatan.
Ciri orang cinta dunia adalah ridho apabila diberi dan bila tidak diberikan (uang dan jabatan) maka ia tidak ridho.
Ibarat Orang Asing
Hadits 1470 diriwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata: Rasulullah memegang kedua bahuku seraya bersabda,”Hiduplah di dunia seperti orang asing yang melintasi jalan.”
Ibnu Umar mengatakan,”Jika engkau di sore hari, maka jangan menunggu datangnya pagi. Dan jika di pagi hari maka jangan tunggu datangnya sore. Pergunakanlah kesehatanmu sebelum datangnya sakit, dan pergunakanlah kehidupanmu sebelum datangnya kematian.” Hadits Riwayat Bukhori.
Ibarat orang asing ini seperti perantau yang akan kembali ke asal. Seperti halnya manusia, manusia ini sebenarnya makhluk akhirat yang dirantaukan Allah di dunia dan akan kembali ke akhirat, maka yang harus manusia siapkan adalah bekal untuk balik ke akhirat.
Atau orang yang melintasi jalan. Artinya hidup di dunia itu cepat, singkat, seperti orang melintasi jalan.
Jika engkau di sore hari, maka jangan menunggu datangnya pagi. Dan jika di pagi hari maka jangan tunggu datangnya sore.
Artinya. jangan tunda untuk melakukan kebaikan, bila ada kesempatan melakukan kebaikan di waktu sore, jangan tunda sampai pagi, dan jika punya waktu melakukan kebaikan di pagi hari, jangan tunda sampai sore hari.
”Lebih cepat lebih baik, karena tidak ada jaminan kita hidup sampai besok,” katanya.
“Pergunakanlah kesehatanmu sebelum datangnya sakit. ” Ini berkenaan dengan kemudahan dan kesempurnaan dalam beribadah.
Karena bila dikerjakan dalam keadaan sakit maka ibadah tersebut tidaklah sempurna. Kecuali pada waktu sehat ia rajin dalam beribadah.
Ustadz Karim memisalkan jika pada waktu sehat ia rajin shalat berjamaah lalu tiba waktu sakit ia tidak bisa shalat berjamaah, maka ia masih mendapat pahala shalat berjamaah dengan catatan pada waktu sehat ia rajin shalat berjamaah.
”Ambil bagian hidupmu untuk matimu.” Maka manfaatkan hidup dengan baik, cari perkara-perkara yang bisa mengabadikan pahala meskipun manusia telah mati.
Misalnya, Rasulullah menyampaikan, seperti bersedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta anak yang saleh dan salehah. Hadits nomor 1471.
Hadits ini menerangkan rambu-rambu dalam beragama tidak boleh menyerupai kaum lain. Terkhusus dalam tata cara ibadah. Selanjutnya penampilan.
Maka Rasulullah menumbuhkan jenggot, karena orang Yahudi menumbuhkan kumis. Orang Yahudi dan Nasrani menyemir rambutnya dengan warna hitam maka Rasul melarang umat Islam menyemir rambutnya dengan semir hitam, kecuali keadaan tertentu seperti akan berperang dan akan seorang laki-laki menikah lagi.
Penulis Labib Shalahuddin Alhaddad Editor Sugeng Purwanto