Sesuaikan Sasaran Pembaca
Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) itu pun mempertanyakan, “Majalah Matan dan PWMU.CO mau menyasar siapa?”
Berdasarkan datanya, sekarang dan masa depan ini masanya generasi Z. “Itulah usia pembaca kita yang terbanyak! Mereka yang banyak di Twitter. Kita pengin eksis di Google dan dikenal di antara mereka, ‘kan?” imbuh Fahmi.
Karena pengguna Twitter banyak dari kalangan usia ini, maka Fahmi merekomendasikan, kontributor sebaiknya punya akun Twitter agar PWMU.CO terus bisa bersaing dengan media lainnya.
“Saya kira PWMU.CO paling advance di kalangan Muhammadiyah,” ungkap Wakil Ketua Komisi Infokom Majelis Ulama Indonesia (MUI )itu.
Fahmi lantas menunjukkan peta percakapan di Twitter yang mengandung kata kunci Muhammadiyah. “Siapa yang paling banyak bicara tentang Muhammadiyah? Muhammadiyah, kemudian buku pembaharu, kemudian kalangan buzzer. Ada Pak Jokowi, mungkin waktu itu lagi ada kegiatan dengan Muhammadiyah,” urainya.
Dari hasil ini, dia menyayangkan, tidak melihat PWMU.CO. “Ini tantangan!” tegasnya. Pertanyaan besarnya ialah seberapa sering PWMU.CO eksis di Twitter. Mengingat anak masa kini ketika mencari sesuatu, biasanya mengetik kata kuncinya di Google, tidak mengetik nama medianya.
“Kalau mereka tidak klik, paling tidak tahu ada PWMU.CO. Padahal PWMU punya potensi besar untuk eksis. PWMU harus eksis di Twitter karena Twitter tempat orang cari muse,” imbuh dosen tetap Magister Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia (UUI) itu.
Dia melanjutkan, “Bapak Ibu kalau buka Facebook, Instagram muncul timeline yang kita follow. Kalau buka TikTok muncul yang sering dilihat. YouTube muncul yang kita subscribe. Kita gak bisa tahu Indonesia lagi rame apa.”
Fahmi menerangkan, ini berbeda dengan di Twitter yang bisa tahu. Sehingga anak muda cek Twitter saat ingin lihat berita yang lagi ramai dibahas.
Baca sambungan di halaman 3: Tantangan Web Muhammadiyah