PWMU.CO – Dalam sebuah riwayat yang shahih, Nabi Muhammad saw pernah memberikan perumpamaan pentingnya berderma. Bahwa tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah, yang maksudnya memberi itu lebih baik daripada menerima. Dalam makna kiasan, sudah tentu semua itu betul ada apanya.
Namun, dalam makna literal (letter leaks), hadits itu sudah tentu tidak berlaku secara keseluruhan. Begitulah seloroh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Hajriyanto Y. Thohari, saat mengisi Kajian Ramadhan 1438 H/2017 M Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur di Hall Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), (3/6). Joke ini tentu saja membuat para peserta tak bisa menahan tawa.
Ketidakbaikan “tangan di atas” dibandingkan “tangan di bawah” ini berlaku dalam masalah pemberian rokok. ”Kalau merokok itu kan yang minta itu tangannya di atas, dan yang memberi tangganya di bawah,” terang Hajri disambut tawa jamaah.
(Baca juga: 3 Macam Jiwa dalam Pesan Spiritual Haedar Nashir pada Kajian Ramadhan 1438 PWM Jatim)
Maklum saja, memang bagi para sesama perokok, –yang difatwa haram oleh Majelis Tarjih– untuk meminta-mengambil rokok dari bungkus harus lewat atas sehingga posisi tangan peminta berada di atas. Sementara bagi orang yang memberi –yang dalam bahasa kiasan ‘tangan di atas’– harus berada di bawah untuk memegangi bungkus rokok yang sebagian isinya diambil oleh peminta.
Ala kulli hal, Hajri mengajak warga Muhammadiyah untuk mengokohkan kembali gerakan filantropi yang diakuinya sebagai gerakan otentik Muhammadiyah dengan cara membesarkan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu). ”Gerakan filantropi itu sangat penting. Karena itu adalah gerakan otentik Muhammadiyah,” tegasnya di hadapan ribuan peserta warga Muhammadiyah.
(Baca juga: Serius Jelaskan Kiprah Internasional MDMC, Berhenti Sejenak karena Difoto)
Hajri lantas menguraikan sejarah awal Muhammadiyah yang telah melakukan medernisasi manajemen Zakat, Infaq, Shodaqoh (ZIS) maupun wakaf. Pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan sudah sejak awal telah melakukan gerakan filantropi dalam mengembangkan Penolong Kesengsaraan Umum (PKU).
Bahkan, tambah Hajri, Muhammadiyah pada masa awal sudah dikenal selalu tampil sebagai gerakan filantropi atau kedermawanan. Karena Muhammadiyah lebih mementingkan gerakan amal dari pada lainnya. Sehingga Muhammadiyah disebut sebagai par execelence filantropi.
(Baca juga: Hajriyanto: Zakat, Gerakan Otentik Muhammadiyah)
”Sebelum berdirinya Muhammadiyah, penyaluran ZIS masih diberikan secara langsung kepada masyarakat. Sehingga masyarakat berbondong-bondong, bahkan sampai rela mengantri panjang untuk menerima ZIS. Mirisnya lagi, sampai menimbulkan korban jiwa,” ujar Hajri.
Namun, Muhammadiyah melakukan berbagai perubahan dalam penyaluran zakat ini dengan lebih modern. Gerakan zakat dilakukan secara terorganisir, dan begitu juga dengan penyalurannya sehingga benar-benar diterima oleh mereka yang berhak. (aan)