PWMU CO – Cermin unik dilelang di acara jalan sehat memeriahkan HUT ke-78 Republik Indonesia di RT 27 RW 06 Kelurahan Magersari Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, Ahad (27/8/2023).
Kaca berbingkai kayu jati dengan tepi berhias abstrak tanpa logo apapun terbilang unik. Karena berasal dari daerah pedalaman yang disumbangkan kepada panitia untuk dijadikan doorprize utama jalan sehat.
Pagi itu, pertigaan Deko, begitu warga biasa menyebut, pertigaan antara Jalan Maraton dan jalan tanpa nama, berubah menjadi ajang lelang yang riuh. Para peserta antusias menawar cermin unik.
Ketua RT 27 Dedy Sugiyono menjelaskan kronologi terjadinya lelang. Cermin ukuran 1 x 0,7 meter itu diberikan oleh donatur Dhari Asmara.
Dia menyebut siapapun yang bercermin akan terlihat lebih muda. ”Penyebab cermin ini dilelang juga unik,” kata Pak Rete, sapaan akrabnya.
Saat seluruh nomor undian peserta jalan sehat dibacakan dan semua sudah mendapatkan hadiah, hanya tersisa cermin sebagai hadiah utama yang belum ada pemenangnya. ”Ajaib…,” kata Pak Dhari, donatur sekaligus Ketua Panitia sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Bu Rini, istri ketua panitia, spontan meminta pembawa acara Tjatur Ndott melelang cermin yang dianggap ajaib tersebut. Tanpa persiapan, Tjatur yang tak pernah melelang itu mencoba mengeksekusi ide Bu Ketua Panitia.
Keseruan lelang cermin di Jalan Sehat RT 27 RW 06 Wisma Sarinadi dimulai. ”Yang berminat silakan memberikan penawaran awal dan semakin tinggi secara bertahap,” tutur Tjatur penuh semangat.
Saat lelang, harga pertama disampaikan Bu Trinil Rp 50 ribu. Penawar berikutnya Bu Sulton yang sejak awal mengincar cermin tersebut. ”Saya seratus ribu,” teriaknya.
Penawar berikutnya wanita paro baya berkaos hitam, Bu Tedy. ”Saya seratus lima puluh ribu,” setengah menjerit.
Bu Trinil yang sejak awal ingin meramaikan lelang menawar Rp 175 ribu, dan disambar penawaran Pak Heka Yuliardi: ”Saya dua ratus ribu.” Sambil berdiri dari tempat duduknya.
Tjatur terus memotivasi peserta lain untuk ikut menawar. Sempat hampir berakhir di harga Rp 210 ribu dengan penawar Bu Sulton.
Pada hitungan mundur ke sepuluh masih ada yang angkat tangan. Harga naik lagi ke Rp 215 ribu. Penawarnya Bu Trinil.
”Namun sepertinya Pak Heka sudah terobsesi dan ingin mendapatkan cermin tersebut sehingga mengangkat tangan kembali jadi sekarang posisinya berada di angka Rp 220 ribu,” ujar Tjatur.
Hitung mundur dilakukan, sepuluh, sembilan, delapan, hingga satu, tidak ada lagi peserta yang angkat tangan. Maka secara sah cermin menjadi milik Pak Heka. Uang diserahkan tunai ke ketua RT dan menjadi uang kas.
Saat ditanya di depan panggung alasannya menawar hingga seharga Rp 220 ribu, Pak Heka mengungkap, dia ingin supaya cermin ini menjadi pengingat bahwa seseorang disebut merdeka bila mampu mengenali dirinya secara utuh. Tahu kelemahan dan kelebihannya.
Penulis Tjatur Prijambodo Editor Sugeng Purwanto