PWMU.CO – Bagi umat Islam Indonesia, Ramadhan merupakan salah satu bulan puncak kedermawanan. Selain zakat fitrah, berbagai amalan sedekah dan infaq, serta zakat maal (harta) rata-rata digelontorkan dalam bulan ini. Tak heran jika kondisi ini membuka peluang bagi sebagian pihak untuk memanfaatkannya sebagai lahan bisnis.
Demikian salah satu poin yang dikemukakan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Abdul Mu’ti saat mengisi Kajian Ramadhan 1438 Hijriyah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, (4/6). Mu’ti mengungkapkan bahwa pada bulan suci Ramadhan, terutama di DKI Jakarta, banyak bermunculan kelompok yang disebut sebagai dhu’afa entrepreneur.
”Kelompok ini adalah kelompok yang cerdas. Karena mereka mampu menjadi jembatan penghubung antara orang kaya dengan orang miskin atau dhu’afa,” kata Mu’ti di hadapan ribuan pimpinan Muhammadiyah dari tingkat Cabang hingga Wilayah yang memadati Hall Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
(Baca: Ternyata, Tak Selamanya Tangan di Atas Lebih Baik dan 3 Macam Jiwa dalam Pesan Spiritual Haedar Nashir pada Kajian Ramadhan 1438 PWM Jatim)
Kemunculan kelompok dhu’afa entrepreneur ini, tambah Mu’ti, diilhami dari banyaknya para fakir miskin yang berkeinginan menerima zakat infaq dan shodaqoh (ZIS). Bahkan, pada bulan Ramadhan di Jakarta banyak bermuculan manusia gerobak. ”Mereka itu tidur di gerobak. Dan menjelang buka puasa, mereka berbaris menunggu santunan,” paparnya tentang fenomena manusia gerobak.
Pada saat yang sama, lanjut Mu’ti, banyak orang kaya yang tidak tahu mau ke mana akan menyalurkan ZIS. ”Kelompok dhu’afa entrepreneur inilah yang mampu menghubungkan antara orang kaya dan orang miskin pada bulan Ramadhan,” tambah Ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) ini.
(Baca juga: Berapa Gaji Guru Sekolah Muhammadiyah? “6 Koma”, begitu Kata DR Abd. Mu’ti dan 5 Ciri Warga Muhammadiyah yang Berkemajuan Versi Abdul Mu’ti)
“Sampai-sampai anak yatim tidak shalat tarawih karena ikut acara santunan dari satu tempat ke tempat lain,” seloroh Mu’ti yang disambut tawa para hadirin. Maklum saja, bulan Ramadhan yang mendorong umat Islam untuk berbagi kebahagiaan, mendorongnya untuk berbagi dengan anak yatim.
Untuk merubah kelompok dhu’afa entrepreneur ini, kata Mu’ti, memang harus melalui gerakan filantropi yang profesional, akuntabel dan transparan. Penggelolaan ZIS harus dijadikan alat untuk pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan.
(Baca juga: Tipe-Tipe Warga Muhammadiyah versi Abdul Mu’ti dan 3 Tipe Kepemimpinan Muhammadiyah Versi Dr Abdul Mu’ti)
Maka dari itu, gerakan filantropi harus bisa menjadi gaya hidup umat Islam. ”Gerakan filantropi atau kedermawanan menjadi sesuatu yang penting karena ketimpangan dan kesenjangan sosial masih begitu tinggi,” urainya tentang salah satu solusi penting dalam mengatasi masalah dhu’afa entrepreneur dan manusia gerobak.(aan)