PWMU.CO – Kezuhudan Abu Dzar al-Ghifari sahabat Nabi Muhammad saw dikupas dalam pengajian tengah bulan (yaumil bidh) di Masjid Nurul Iman Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, Kamis (31/8/2023).
Ceramah disampaikan oleh Muhammad Mufidz, imam Masjid Alfattah Tulungagung.
Muhammad Mufidz menjelaskan nama asli Abu Dzar adalah Jundub bin Junadah bin Sakan. Berasal dari suku Ghifar. Sebuah tempat yang amat jauh dari Makkah.
”Bila mendengar nama Ghifar kala itu, orang akan bergidik ngeri, ini adalah tempat sarang perampok padang pasir,” tutur Ustadz Mufidz.
Dari kampungnya Abu Dzar mendengar ada seorang mengaku nabi di Mekkah membawa ajaran Islam yang penuh rahmat. Maka dia datang ke Mekkah menemui Nabi Muhammad.
”Waktu itu, Islam baru diperkenalkan dan masih disebarkan dengan bisik-bisik. Pagi harinya, Abu Dzar mencari Rasulullah yang sedang duduk sendirian dan bertanya tentang Islam,” ujarnya.
Abu Dzar akhirnya masuk Islam dan berjuang bersama Nabi. Sepeninggal Rasulullah di zaman Khalifah Utsman bin Affan, dia diutus ke Syiria untuk memberi peringatan kepada gubernurnya supaya tidak zalim kepada rakyat dengan menaikkan pajak dan menumpuk harta.
Abu Dzar datang menyampaikan surat at-Taubah ayat 24-35. Isinya Allah mengancam kepada manusia pada hari itu ketika emas dan perak akan dipanaskan dan menjadi setrika bagi tubuhmu. Dan inilah harta benda yang kamu simpan untuk dirimu sendiri.
Dengan peringatan itu, sambung Ustadz Mufidz, Gubernur Syiria merasa terancam yang akhirnya berkirim surat kepada Khalifah Usman untuk menarik Abu Dzar dari Syiria.
”Dia jadi pejuang yang mengingatkan pemimpin untuk tidak berbuat lalim, kemudian diasingkan, diteror. Itu sudah ada sejak zaman Rasul. Nek saiki kedadean yo ojo kaget,” ucapnya.
Di akhir hayatnya, istri Abu Dzar menangis karena tidak mempunyai kain kafan untuk membungkus jenazahnya. Rumahnya juga terpencil karena itu tak ada yang membantu menguburkan.
Sesuai pesan suaminya, istri Abu Dzar meletakkan jenazah di jalan kemudian para sahabat yang lewat mengurus kematian.
”Dari kisah kezuhudan Abu Dzar, ada pesan yang bisa dijadikan teladan bagi kita semua, yakni kita dipersilakan mencari harta dan kekayaan, namun jangan sampai masuk ke hati dan pikiran, harta cukup di genggaman. Jangan karena harta kita melalaikan ibadah kepada Allah swt,” pungkas Ustadz Mufidz.
Penulis Hendra Pornama Editor Sugeng Purwanto