PWMU.CO – Ketua Pusat Pengkajian Al Islam dan Ke-Muhammadiyahan (PPAIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya Sholihul Huda M.Fil.I membeberkan adanya 3 persoalan di kalangan karyawan amal usaha Muhammadiyah (AUM).
“Oleh karena itu dibutuhkan strategi penguatan komitmen ber-Muhammadiyah melalui ‘Gerakan Mencintai Muhammadiyah’ dengan simbol #AkuMuhammadiyah,” kata dia saat menjadi pembicara dalam Baitul Arqom Karyawan RSU Aminah Blitar, Rabu (7/6) lalu.
(Baca: Muhammadiyah Ponorogo Wajibkan Karyawan AUM Lulus Baitul Arqam dan 4 Pesan untuk Guru dan Karyawan AUM agar Mantap ber-Muhammadiyah)
Menurut Wakil Ketua Bidang Dakwah Pemikiran Islam Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jatim itu, 3 persoalan itu pertama, adanya kerapuhan ideologi Muhammadiyah, yaitu ada karyawan AUM yang masih ragu dan mudah goyah akan kebenaran ideologi Muhammadiyah. “Sehingga walaupun bekerja di Muhammadiyah tapi tradisi sosial keagamaanya masih ikut tradisi ormas lain. Meminjam istilah Prof Munir Mulkhan itulah karyawan MUNU (Muhammadiyah NU),” ujarnya.
Kedua, lanjut dia, ada pergeseran ideologi Muhammadiyah, yaitu adanya ketertarikan karyawan AUM kepada ideologi lain seperti HTI, FPI, Salafi, Tarbiyah, dan sebagainya. “Ketertarikan ini berdampak pada lemahnya loyalitas kader pada Muhammadiyah,” ungkap dia di hadapan 96 karyawan RS milik Muhammadiyah itu.
Ketiga, jelas Sholih, terjadinya pembangkangan terhadap Muhammadiyah. “Yaitu bekerja mencari nafkah di AUM tetapi di luar menjelek-jelekkan Muhammadiyah yang kurang ini itu atau tidak seperti organisasi lain,” katanya.
(Baca juga: Karyawan AUM yang Tidak Aktif Berkegiatan di Muhammadiyah Akan Ditindak Tegas dan Jadilah Karyawan AUM yang Plus-Plus)
Gerakan Mencintai Muhammadiyah dengan hastag #Aku Muhammadiyah yang dia gagas dapat terjadi jika ditumbuhkan 4 tradisi pada karyawan AUM.
“Yaitu kita harus membangun saling cinta kasih antarsesama karyawan, membangun persaudaraan dengan saling silaturahim, membangun kepedulian dan empati antarsesama karyawan yang kesusahan, dan membangun kesadaran terus belajar tentang Muhammadiyah,” pesan Sholih. “Karena untuk memahami Muhammadiyah butuh waktu dan proses lama.” (Ferry Yudi AS)