Skill yang Dibutuhkan WO
Nur Maghfirah Aesthetika juga menerangkan delapan skill yang harus diperhatikan oleh WO
1.Komunikasi
Pihak WO selalu berkomunikasi dengan pihak vendor yang telah dipesan klien. Seperti pada kasus Bromo ini, seharusnya pihak-pihak yang terlibat dalam pernikahan klien berkoordinasi terlebih dahulu tentang properti dan aturan yang tidak boleh dilanggar saat melakukan rangkaian acara, termasuk foto prewedding.
Selain itu, sebelum di hari H sebelum melakukan suatu kegiatan, hendaknya pihak WO, klein, dan vendor lainnya melakukan briefing singkat untuk memastikan semua pihak paham tentang kegiatan yang akan dilakukan.
2. Manajemen
Tugas utama sebagai WO adalah mengelola sebuah acara. Oleh karena itu, skill ini menjadi hal dasar yang harus dimiliki.
Beberapa aspek yang harus dikelola atau diatur oleh WO seperti manajemen waktu, mengatur anggota tim dan tugasnya, serta susunan acara.
3. Kerja Sama Tim
Pekerjaan sebagai WOmerupakan pekerjaan yang dilakukan secara tim. Jadi, kemampuan bekerja sama dan kepemimpinan dibutuhkan dalam pekerjaan ini.
Sikap kerja sama ini akan berguna untuk menjalankan pekerjaan. Tiap anggota WO memiliki tugas masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya, pasti akan berhubungan dengan tugas anggota lainnya.
4. Problem Solving
Walau dari awal WO dan vendor lainnya sudah memikirkan konsep dan rencana yang matang, tidak bisa dipungkiri bahwa acara akan berjalan baik. Bisa saja terjadi hal yang terduga terjadi di tengah acar, seperti kebakaran bukit Teletubbies di Bromo kemarin.
“Dari kasus tersebut, kemampuan inilah yang diperlukan dalam sebuah WO. Bagaimana mereka mengatur dan menyelesaikan masalah dengan tim dan memikirkan solusi terbaik bersama karena hal itu menjadi tanggung jawab pekerjaan mereka,” lanjut Fira.
Pada dasarnya, sebuah WO adalah pihak yang bertanggung jawab mengelola seluruh aspek acara pernikahan. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan seluruh rangkaian acara pernikahan berjalan lancar. Adapun beberapa kemampuan yang diperlukan dalam sebuah WO
5. Komunikasi
Pihak WO selalu berkomunikasi dengan pihak vendor yang telah dipesan klien. Seperti pada kasus Bromo ini, seharusnya pihak-pihak yang terlibat dalam pernikahan klien berkoordinasi terlebih dahulu tentang properti dan aturan yang tidak boleh dilanggar saat melakukan rangkaian acara, termasuk foto prewedding.
Selain itu, sebelum di hari H sebelum melakukan suatu kegiatan, hendaknya pihak WO, klein, dan vendor lainnya melakukan briefing singkat untuk memastikan semua pihak paham tentang kegiatan yang akan dilakukan.
6. Manajemen
Tugas utama sebagai WO adalah mengelola sebuah acara. Oleh karena itu, skill ini menjadi hal dasar yang harus dimiliki.
Beberapa aspek yang harus dikelola atau diatur oleh WO seperti manajemen waktu, mengatur anggota tim dan tugasnya, serta susunan acara.
Kerja sama tim
Pekerjaan sebagai WO merupakan pekerjaan yang dilakukan secara tim. Jadi, kemampuan bekerja sama dan kepemimpinan dibutuhkan dalam pekerjaan ini.
Sikap kerja sama ini akan berguna untuk menjalankan pekerjaan. Tiap anggota WO memiliki tugas masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya, pasti akan berhubungan dengan tugas anggota lainnya.
7. Problem Solving
Walau dari awal WO dan vendor lainnya sudah memikirkan konsep dan rencana yang matang, tidak bisa dipungkiri bahwa acara akan berjalan baik. Bisa saja terjadi hal yang terduga terjadi di tengah acar, seperti kebakaran bukit Teletubbies di Bromo kemarin.
“Dari kasus tersebut, kemampuan inilah yang diperlukan dalam sebuah WO. Bagaimana mereka mengatur dan menyelesaikan masalah dengan tim dan memikirkan solusi terbaik bersama karena hal itu menjadi tanggung jawab pekerjaan mereka,” lanjut Fira.
8. Kreatif
Kemampuan yang dibutuhkan sebagai WO yang terakhir yaitu kreativitas dan pengetahuan luas. hal ini bertujuan agar WO bisa memahami apa yang diinginkan klien. Selain itu, jika suatu saat klien meminta bantuan WO terkait ide, maka mereka bisa memberikan beberapa opsi.
“Saat ini, WO berlomba-lomba memberikan ide dan konsep yang sesuai dengan perkembangan zaman. Karena hasil dari pekerjaan mereka sudah dibantu dengan teknologi. Tinggal ide dan kreativitasnya saja yang menjadikan daya saing,” katana. (*)
Penulis Romadhona S. Editor Mohammad Nurfatoni