Ucapan Mengubah Nasib
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur itu kemudian mengaitkan ‘teori’ ucapan menjadi takdir dengan Surat ar-Ra’du 11: “ … Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri …”
Dia menegaskan, “Lalu dari mana kita mengubah nasib? Ya, dari cara berpikir. Makanya Islam itu mengajarkan kepada kita supaya selalu berpikir yang positif.”
Ustadz Sholihin, sapaannya, mengingatkan agar kita tidak suka melihat kejelekan orang lain. “Nek Sampeyan ndelok eleke uwong, Sampeyan engko ketularan dadi wong elek,” katanya dengan dialek Lamongan. Maksudnya jika Anda melihat orang lain dari kejelekannya maka bisa menular kejelekan itu.
Lalu bagaimana jika melihat kejelekan orang lain. Sholihin pun mengajak berdoa naudzubillahi min dzalik. “Mugo-mugo aku gak koyok wong iku. Pun sampek preketek!” katanya.
Dia kembali mengingatkan agar jamaah berhati-hati menjaga perkataan jangan sampai menyakiti orang lain, sebab tingkatan akhlak tertinggi adalah menjaga perasaan orang lain. ”Mangkane nek ngomong kudu ati-ati.Ojok sampek nglarakno ati,” ujarnya. Maka, kalau berbicara harus hati-hati, jangan sampai membuat sakit hati.
Selain sifat munafik, hal lain yang bisa merusak iman adalah sifat iri dengki, sombong, dan berbuat zalim. Sementara menjaga iman adalah salah satu ciri Muslim sejati.
Dalam durasi satu jam, Ustadz Sholihin, menyampaikan materi yang serius itu dengan cara santai, penuh canda, dan dengan dialek Jawa khas Lamongan, tempat dia lahir. Suasana pengajian pun cair dan gerrr-gerrran. Video ceramah lengkap bisa disimak di sini. (*)
Penulis Mohammad Nurfatoni