Program Inspiratif SD Sakri, Mengubah Botol Bekas Jadi Jilbab Baru; Liputan Ira Susanti, Kontributor PWMU.CO Sidoarjo
PWMU.CO – Sebuah gerobak terparkir di salah satu sudut sekolah. Di dalamnya tampak aneka botol minuman bekas dari berbagai merek dan ukuran.
Menurut Retno Hardina SPd, botol-botol yang terkumpul itu bukan hendak dibuang, tetapi akan dijual sehingga menjadi bagian dari ekonomi sirkular.
Setiap Jumat siswa SD Muhammadiyah 1 Krian (SD Sakri) Sidoarjo, Jawa Timur, mengikuti program ekonomi sirkular. Yaitu pembelajaran memilah dan mengumpulkan sampah agar bisa dimanfaatkan: dijual dan dibelikan barang yang bermanfaat.
“Sampah ini dibawa oleh siswa kelas kecil dan kelas besar secara bergantian. Misal Jumat ini kelas 1, 2, 3 dan Jumat depannya kelas 4, 5, 6. Pengumpulan botol ini untuk mengurangi limbah plastik di rumah karena masih bisa dimanfaatkan,” kata Retno Hardina yang menjadi penanggung jawab program ini selama dua tahun. Sekarang program tersebut di bawah koordinasi Kaur Sarpras SD Sakri Abdillah Faizun SPdI.
“Saat ini sekolah kami belum memiliki alat yang memadai untuk mendaur ulang, maka sirkular yang kita maksud berupa penjualan ke pengepul botol plastik,” kata Retno pada PWMU.CO. Di tahun ini dia dibantu dua guru dalam satu tim agar proses pengumpulan botol bekas berjalan lebih cepat.
Retno menjelaskan, botol-botol itu dilepaskan tutupnya karena memiliki harga yang lebih mahal. Lalu botol dan tutupnya yang sudah terkumpul dijual ke pengepul barang bekas terdekat dengan sekolah.
“Supaya lebih hemat biaya distribusi barang,” katanya.
“Penjualan dilakukan sebulan sekali. Bulan ini hasil penjualan mendapatkan Rp 120.000,” tambahnya.
Retno Hardina menerangkan, hasil penjualan dipergunakan membelikan keperluan siswa yang mendeska. Bisa berupa alat tulis, baju siswa, rok, celana, atau jilbab yang dinilai kurang layak dipakai.
Dia mengungkapkan, terkadang ada rok atau celana siswa yang cingkrang karena pertumbuhan mereka yang begitu cepat. Begitu juga jilbab dan bajunya ada yang kurang layak dipakai karena adanya noda yang susah dihilangkan setelah mereka beli jajan dan main. Sehingga warnanya kurang layak dipakai.
“Dengan program ini bisa membantu kerapian seragam siswa,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni