PWMU.CO – Musibah kebakaran Bromo, Anggota Komisi X DPR RI Prof Zainuddin Maliki minta pemerintah maupun masyarakat perhatikan penerapan protokol clean, healthy, save, dan environment (CHSE) pada industri pariwisata.
Hal ini terungkap ketika Prof ZM–sapaan akrabnya–menyampaikan sambutan di hadapan 55 peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) l dari kader Nasyiatul Aisyiyah se-Kabupaten Gresik. Bimtek yang mengusung tema Strategi Pemasaran Digital untuk Produk Kreatif ini digelar Direktorat Pemasaran Ekonomi Kreatif, Deputi Bidang Pemasaran, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI berkolaborasi dengan Komisi X DPR RI.
Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2008-2011 dan 2011-2014 itu mulanya mengenalkan MICE kepada para peserta. “M-nya meeting. I-nya incentive. C-nya conventional. E-nya exhibition,” urainya, Ahad (24/9/2023).
Kemenparekraf meyakini ajang MICE mampu menjadi media promosi karya-karya Indonesia dari segi kekayaan budaya, keindahan destinasi, serta kreasi lokal yang kreatif dan berdaya saing.
Kemudian, Prof ZM lanjut mengenalkan konsep CHSE yang kini dikembangkan Kemenparekraf. Menurutnya, CHSE ini menarik. “Konsep berkelanjutan, memperhatikan lingkungan,” ujar Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya periode 2003-2007 dan 2007-2011 itu di Hall Hotel Santika, Gresik, Jawa Timur.
Dia menegaskan, “Budaya bersih kita harus dibangun, bukan kalau sudah numpuk kotoran baru bersih-bersih. Kalau gitu saja, nanti dibersihkan, besok sudah kotor lagi.”
Kalau tadi masuk ruangan ini bersih, sambung Prof ZM, keluar ruangan ini nanti juga harus bersih. “Ini baru budaya bersih!” tegasnya.
“Kalau yang pakai baju-baju ini, saya tahu budayanya bersih,” ujarnya merujuk pada peserta Bimtek yang kompak memakai seragam batik nasional Nasyiatul Aisyiyah.
Pariwisata Berkelanjutan
Pria yang meraih doktor pada Program Studi Ilmu Sosial Program Pascasarjana Universitas Airlangga itu mengungkap, “Kalau ingin mengembangkan pariwisata berkelanjutan, CHSE itu yang penting!”
Environment di situ berarti lingkungan terjaga. “Ini harus jadi perhatian! Kita baru mengalami musibah di Gunung Bromo. Luas sekali 5 hektar (area yang terbakar). Hanya karena kecerobohan orang yang bikin foto prewedding,” ujarnya.
Adapun save (keamanan), kata Prof ZM, juga harus mendapat perhatian agar destinasi wisata tidak mengalami kerusakan seperti pada musibah Bromo. Dia lantas menekankan, “Tidak cukup kesadaran di kalangan pemerintah. Kesadaran pentingnya pariwisata berkelanjutan juga butuh tumbuh di tengah masyarakat.”
Oleh karena itulah, lanjut Prof ZM, Bimtek ini juga meningkatkan literasi dalam hal pariwisata berkelanjutan. “Ini rasa tanggung jawab kami di Komisi X yang punya mitra Kemenparekraf. Kami ingin kosntituen saya mendapat kesempatan memperoleh pencerahan,” ungkap pria kelahiran Tulungagung, 7 Juli 1954 itu.
Bahkan menurutnya lebih bagus lagi kalau setelah mengikuti Bimtek ini para peserta bisa berpartisipasi meningkatkan pariwisata dan ekonomi kreatif. “Bahkan bisa mengapitalisasi kelebihan yang dimiliki Gresik. Bisa kita tingkatkan kesejahteraan,” harapnya.
Persoalan-Persoalan
Namun, di sisi lain, Prof ZM menyadari persoalannya di pemasaran. “Kita punya produk kreatif tapi kita tidak bisa menjual,” ungkap Guru Besar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) ini.
Prof ZM pun menyayangkan kondisi terkini terkait pariwisata. Di Campurrejo, dia menemui ada patung menyerupai ikon Singapura. “Kok ya gak patung Ken Dedes?” ujarnya berharap ada unsur kearifan lokal yang diadakan masyarakat.
Dia kemudian mengajak peserta belajar pada wisata di Setigi, Gresik. “Kepala desanya dikenal miliarder karena kapitalisasi pariwisatanya,” ungkapnya.
Terakhir, dia menyatakan saat ini mereka ada di era post truth. “Satu masa di mana masyarakat menganggap fakta tidak lebih penting dari persepsi. Persepsi dianggap realitas. Pandai-pandailah supaya persepsi terbangun dengan baik. Teknologi digital peluang membuat persepsi lebih indah dari fakta. Ilmu marketing ini penting!” terangnya di hadapan kader Nasyiah se-Kabupaten Gresik siang itu. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni