PWMU.CO – Kepemimpinan profetik menjadi bahasan dalam Latihan Dasar Kepemimpinan Kader (LDKK) SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.
Acara LDKK Smamda Sidoarjo berlangsung di Villa Permata Biru, Prigen, Pasuruan, Sabtu (23/9/2023).
Bahasan pemimpin profetik disampaikan pembicara Arief Hanafi MSi yang juga Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.
”Kepemimpinan Ortom di Smamda Sidoarjo harus mengadung nilai profetik. Dengan begitu kehadiran sebuah organisasi lebih bermakna dan mempunyai tujuan yang jelas,” kata Arief Hanafi.
Meminjam pemikiran Kuntowijoyo, guru Sosiologi Smamda Sidoarjo ini menjelaskan makna profetik secara bahasa dan istilah.
”Kata profetik, berasal dari kata prophet yang berarti nabi atau kenabian. Secara istilah, makna profetik yaitu mempunyai sifat atau ciri seperti nabi. Maka jika kita memahami kisah nabi-nabi terdahulu mereka ini hidup di tengah realitas sosial dan membawa misi perubahan dan semangat revolusioner,” ungkapnya.
Seperti dalam kisah Nabi Muhammad saw, nabi akhir zaman ini seanntiasa membimbing kaum miskin dan para budak untuk melawan setiap bentuk penindasan dan ketidakadilan.
Prinsip Pemimpin Profetik
Dia menjelaskan tiga prinsip penting dalam kepemimpinan profetik. yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi.
”Prinsip humanisasi ini artinya memanusiakan manusia, menghilangkan unsur-unsur kebencian dan kekerasan dari manusia. Banyak hal yang bisa dilakukan dalam kepemimpinan profetik ini, seperti gerakan anti pembulian di sekolah dan gerakan advokasi lain,” ungkapnya.
Lebih jauh, mantan aktivis PC IMM Kota Surabaya tersebut mengatakan, Ortom di lingkungan Smamda harus aktif dan dekat dengan seluruh lapiasan warga sekolah.
”Namanya aktivis ya harus dekat dengan siswa, guru hingga pimpinan sekolah. Jangan sampai mau menyuarakan aspirasi tapi tidak tahu siapa atau apa yang diperjuangkan. Ingat prinsip humanisasi adalah mengangkat nilai-nilai kemanuisaan universal,” tandasnya.
”Selanjutnya, ada liberasi atau pembebasan. Tujuan liberasi adalah membebaskan manusia dari belenggu struktur yang menindas, keterasaingan manusia dari lingkungan karena pengaruh teknologi, dan bentuk-bentuk kesadaran palsu,” tegasnya.
”Sekarang perkembangan teknologi semakin pesat. Para siswa sekarang menjadi asyik dengan dunianya sendiri, sibuk bermain gawai tanpa batas waktu dan berdampak tidak peka pada lingkungan sosialnya. Ada tetangga kemalingan saja tidak tahu. Ini harus kalian bebaskan dan kalian selamatkan dari belenggu keangkuhan teknologi, misalnya dengan membentuk komunitas belajar,” papar Arief.
Terakhir, ada transendensi atau aspek religiusitas. Menurut Arief, sebagai Ortom Muhammadiyah aspek ini sebagai landasan gerakan yang paling fundamental, karena berkiatan dengan keimanan dan ketauhidan.
”Aspek ini memberikan arah ke mana tujuan dari humanisasi dan liberasi tersebut. Yang jelas dalam konteks ini, tidak lain hanya mengharap ridho Allah swt. Singkatnya, aspek transendensi ini adalah berkaitan niat atau pijakan kepemimpinan dalam sebuah organisasi itu berjalan. Dengan demikian sempurnalah kepemimpinan profetik dalam ortom Smamda ini,” pungkasnya.
Penulis Augiedanola Editor Sugeng Purwanto