Penyebab Kehancuran Negeri Saba
Kata Ustadz Fajri, ini diawali terjadinya pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. “Kemudian kehancuran Bendungan Magrib yang tentu saja adalah takdir Allah, di samping akibat kaum Saba yang kufur akan nikmat Allah,” ungkapnya.
Namun Allah menciptakan suatu perkara yang bisa diterima logika manusia agar manusia lebih mudah untuk merenungi dan mengambil pelajaran. Di buku-buku tafsir disebutkan, seekor tikus yang lebih besar dari kucing sebagai penyebab runtuhnya Bendungan Magrib.
“Subhanallah betapa mudahnya Allah menghancurkan bendungan tersebut, meskipun oleh seekor makhluk kecil yang dianggap remeh dari jenis tikus,” imbuhnya.
Sebab lain yang disebutkan sejarawan, terjadinya perang saudara di kalangan rakyat Saba. Sementara bendungan mereka butuh pemugaran karena dirusak musuh (at-Tahrir wa at-Tanwir 22-169). Perang saudara tersebut mengalihkan mereka dari memperbaiki bendungan.
Bendungan hancur sekitar tahun 542 M. Setelah itu mereka hidup dalam kesulitan. Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh subur di tanah mereka tidak lagi menghasilkan buah seperti sebelumnya. Yaman saat itu termasuk salah satu negeri termiskin dan terkering di jazirah Arab.
Pada surat an-Nahl ayat 12-13 Allah berfirman: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman tentram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah.”
“Karena itu Allah mengazab mereka dengan kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Dan sungguh telah datangkan kepada mereka seorang rasul dari (kalangan) mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya, karena itu mereka dimusnahkan dengan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”
Mengakhiri tausiahnya, Ustadz Fajri meminta peserta merenungkan kisah kaum Saba dengan perenungan yang mendalam. “Tentu saja kita menemukan suatu yang mengerikan, bagaimana sebuah negeri yang teramat subur lalu menjadi negeri yang kering kerontang dan tandus?” tanyanya retorik.
Bukan hal mustahil azab Allah akan menimpa negeri kita, sambungnya, jika kezaliman dan kekufuran dipelihara tanpa ada pihak yang mengingatkan. “Allah telah mengabadikan kisah kaum Saba ini di dalam al-Quran dan memberi nama surat yang memuat kisah mereka dengan nama surat Saba,” jelas dia.
Dia merasakan, itu agar manusia senantiasa mengingat apa yang terjadi kepada kaum terdahulu, kaum sekarang, bahkan kaum yang akan datang. Demikian pula negeri Indonesia yang disebut sebagai negeri zamrud khatulistiwa.
“Ibarat tongkat dan batu jika dilempar akan bisa menjadi tanaman, ini sebagai gambaran kesuburan Indonesia, hendaklah kita merenungi apa yang terjadi pada kaum Saba agar kita tidak mengulang kisah mengerikan yang menimpa mereka,” ajaknya. (*)
Penulis Dahlansae Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni