PWMU.CO – Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW itu bagaikan air yang baru keluar dari sumbernya. Begitu bersih, jernih dan bisa langsung diminum tidak usah khawatir. Tetapi setelah Rasulullah meninggal dunia, Islam bagaikan air yang mengalir jauh dari sumbernya.
Muhammad Arifin MAg dalam Baitul Arqam karyawan dan pimpinan Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah Surabaya mengungkapkan air yang semakin jauh mengalir, maka akan semakin kotor. Karena segala kotoron yang dilewatinya akan ikut tercampur.
”Ketika Islam semakin jauh dari sumbernya, maka Islam banyak terkontaminasi oleh banyak kepentingan. Sehingga tidak asli sebagaimana air yang keluar dari mata air,” ujarnya di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Selasa (21/6).
Ketua Lembaga Dakwah Khusus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (LDK PWM) Jatim lalu memberikan contoh ketika Islam mengalir sampai ke Indonesia, maka kemurniannya banyak terkontaminasi oleh faham animisme ataupun dinamisme. Sehingga praktek ibadah umat Islam pada awal abad 19 telah bercampur dengan budaya kultural.
Maka dari itu, lanjut Arifin diperlukan filter agar air yang sudah tidak layak bisa dikonsumsi. ”Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912 adalah filter agar Islam Indonesia yang telah terkontaminasi oleh budaya kultural bisa kembali pada sumbernya,” tegasnya.
(Baca juga: Ketika Muhammadiyah Hadir di Tengah-Tengah Komunitas Punk)
Selain mengajak para peserta untuk kembali kepada ber-Islam sesuai dengan sumber aslinya, Arifin juga mengajak kepada para karyawan dan keluarga besar RS Muhammadiyah dan Aisyiah untuk selalu waspada terhadap masalah aliran sesat, serta bahaya narkoba yang sekarang merupakan ancaman yang sangat serius, serta luàr biasa dan tidak bisa kita anggap enteng.
Sambil menunjukkan beberapa fakta model aliran sesat seperti kristen ortodok dan syiah yang telah berkembang. ”Kalau kita tidak waspada, maka tidak menutup kemungkinan para generasi muda akan masuk didalamnya,” ingatnya.(aan)