Kisah Abu Dzar
Dalam al-Qalam ayat 4, sambung Samsoni, Rasulullah SAW sosok yang selalu mengamalkan isi al-Quran. “Apapun yang diperintahkan di dalam al-Quran pasti dikerjakan dan apa yang dilarang akan ditinggalkan. Banyak saksi dari sahabat Rasulullah SAW terkait akhlak mulia yang ia miliki,” jelasnya.
Dia mencontohkan kisah sahabat Nabi Abu Dzar Al-Ghifari. Abu Dzar, salah seorang yang dikehendaki Allah memperoleh petunjuk. Ia termasuk orang yang pertama masuk Islam. “Urutannya di kalangan Muslimin adalah yang kelima atau keenam. Jadi ia telah memeluk agama itu di masa awal, hingga keislamannya termasuk dalam barisan terdepan,” ungkapnya.
Lelaki bernama Jundub bin Junadah ini termasuk seorang radikal dan revolusioner. Telah menjadi watak dan tabiatnya menentang kebatilan di mana pun ia berada. Dan kini kebatilan itu tampak di hadapannya. Berhala-berhala yang disembah oleh para pemujanya orang-orang yang merendahkan kepala dan akal mereka masuk Islam.
“Ia (Abu Dzar) sudah mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, apa yang sebaiknya saya kerjakan menurut Anda?” ujar Samsoni.
Rasulullah menjawab, “Kembalilah kepada kaummu sampai ada perintahku nanti!”
“Demi Tuhan yang menguasai jiwaku,” kata Abu Dzar, “Saya tak akan kembali sebelum meneriakkan Islam di depan Ka’bah!” Ia pun menuju menuju Ka’bah dan menyerukan syahadat dengan suara lantang.
Samsoni mengisahkan, “Akibatnya, ia dipukuli dan disiksa oleh orang-orang musyrik yang tengah berkumpul di sana. Rasulullah kembali menyuruhnya pulang dan menemui keluarganya. Ia pun pulang ke Bani Ghifar dan mengajak sanak kerabatnya memeluk agama Islam. Begitu semangatnya sahabat Rasulullah untuk membela agama Islam.”
Baca sambungan di halaman 3: Doa Nabi Sulaiman