PWMU.CO – Belajar moderasi beragama, guru-guru lintas agama, termasuk guru-guru Muhammadiyah, mengunjungi masjid dan gereja. Hal itu babian dari workshop Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB), yang acara kelasnya digelar di Dafam Pacific Caesar Surabaya, Jum’at-Ahad (6-8/10/2023).
Koordinator Program Alumni Institut Leimena, Daniel Adipranata, mengharapkan nanti para guru dapat memasukkan nilai-nilai LKLB ke dalam pembelajaran di kelas, agar terbangun generasi penerus bangsa yang menghargai keberagaman dan mampu bersikap toleran terhadap orang yang berbeda agama.
“Dalam Hybrid Upgrading Workshop LKLB ini sejumlah 20 guru dari 20 sekolah Muhammadiyah berbeda ini dibekali pemahaman dan praktik untuk mengajar dengan muatan literasi keagamaan yang mendukung kebebasan beragama dan supremasi hukum,” kata Daniel Adipranata, dalam rilis Senin (9/10/2023).
LKLB yang diadakan Institut Leimena dan Ditjen HAM Kemenkumham RI ini bertama Pengembangan Program dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang Memperkokoh Kebebasan Beragama dan Supremasi Hukum.
“Pemahaman masyarakat akan pentingnya relasi antara supremasi hukum dengan kebebasan beragama sebagaimana dilindungi Konstitusi adalah modal penting bagi kemajuan bangsa Indonesia yang majemuk di tengah meningkatnya tantangan polarisasi di dunia,” tegas Daniel.
Daniel menjelaskan, workshop LKLB berisi sesi-sesi yang lengkap mulai dari pemaparan materi, diskusi kelompok didampingi fasilitator, kunjungan lapangan ke masjid dan gereja, dan praktik mengajar (micro teaching). Narasumber utama workshop LKLB adalah Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI dan Senior Fellow Institut Leimena Prof Dr Siti Ruhaini Dzuhayatin.
“Di sesi terakhir ada micro teaching, jadi guru seolah-olah mengajar di depan kelas dengan memakai RPP yang telah disusun selama dua hari dalam workshop. Di sini terlihat bahwa para guru bisa mengajar dengan cara-cara kreatif,” ujarnya.
Salah satu peserta yaitu Guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik, Estu Rahayu, menyusun RPP untuk mata pelajaran Kemuhammadiyahan. Tujuan pembelajarannya adalah menjelaskan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah, menjelaskan kepribadian Muhammadiyah, dan menjelaskan mukadimah anggaran dasar Muhammadiyah.
“Saya memasukkan nilai-nilai LKLB dalam materi diskusi kepribadian Muhammadiyah dengan menyampaikan beberapa fakta tentang keberagaman seperti adanya gereja di kampus Universitas Muhammadiyah Sorong dan aksi-aksi kemanusiaan relawan Muhammadiyah yang tidak memandang agama,” kata Estu.
Workshop LKLB diikuti oleh 49 peserta terdiri dari 37 guru berasal dari mayoritas sekolah dan madrasah Muhammadiyah di kota Surabaya dan sekitarnya seperti Sidoarjo, Nganjuk, Gresik, Sukorejo, Singosari, Sumenep, dan Jombang. Sedangkan, 12 guru berasal dari Sekolah Kristen Gloria, Surabaya.
Bacas smabungan di halaman 2: Kunjungi Masjid dan Gereja