PWMU.CO – Meneladani Akhlak Rasulullah dibahas dalam kegiatan Kajian Al-Islam interaktif dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di SMA Muhammadiyah 4 Sidayu (Smamsi) Gresik Jawa Timur, Rabu (10/10 /2023).
Acara ini diketuai Ahmad Yani MPd ini diawali dengan pembacaan ayat al-Quran oleh siswa kelas Fase E Vickrul Islam Al-Ayyubi dan penerjemah oleh siswa kelas XII-IPS Alim Muzakki.
Kepala Sekolah Smamsi Rahmad Fitardlo SPd mengatakan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) ini merupakan program sekolah yang bergabung dengan IPM. Yang mana dalam pelaksanaannya diundur sebab bersamaan dengan pelaksanaan Penilaian Tengah Sumatif (STS) dan Penilaian Tengah Semester( PTS) sehingga baru hari ini dapat terlaksana.
Dia mengucapkan terima kasih kepada guru dan siswa yang semangat mengikuti kegiatan ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga kepada pemateri yang sudah hadir di Smamsi.
“Smamsi berbeda dengan kondisi sekolah di Bungah. Kondisi Smamsi sangat mewah dan megah, mewah (mepet sawah) dan megah (mepet telaga),” guyonannya.
Dia berharap semoga anak-anak bisa aktif mengikuti kegiatan ini. Selain itu harus ada dialog interaktif dalam mengikuti kajian Al-Islam dengan baik agar kegiatan ini terasa hidup.
Kajian Al-Islam
Kegiatan Kajian Al-Islam yang dilaksanakan di Aula KH Ahmad Dahlan Smamsi ini diikuti siswa kelas fase E-XII dengan pemateri H Muhammad Maftuh MPd dari Bungah bertema Meneladani Akhlak Rasulullah SAW Bagi Generasi Muda Millenial.
Dalam materinya, Maftuh memulai kegiatan ini dengan bercerita sejarah Rasulullah SAW. Rasulullah di dalam perjanjian lama bahwa nanti ada Nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Dimana pada usia dua bulan, Nabi dalam kandungan ibunya sudah dalam kondisi yatim.
“Ibunya tanpa ditemani suami, dunia terasa kelam dan tidak beradab. Kelahiran Nabi berkaitan dengan tahun gajah yang dipimpin oleh Raja Abraha yang menggempur Ka’bah,” katanya.
Dimulai dengan kisah Nabi yang bertajuk meneladani akhlaq atau karakter Nabi Muhammad SAW yang terbentuk sejak kecil. Jika dikaitkan dengan kondisi zaman millennial kebanyakan remaja hanya mendengarkan kebenaran, bukan menyadari kebenaran. Munculnya mulut yang basi sehingga tidak muncul kemuliaan pada diri anak.
“Melihat kondisi anak-anak sekarang tidak belajar dari keteladanan Rasulullah, melainkan belajar lewat Medsos seperti Tik Tok yang lagi trend sekarang ini. Remaja saat ini tidak bisa dinasihati dan berpikiran selalu dibanding-bandingkan,” ucapnya.
Begitu mereka menghadapi masalah atau dimusuhi orang banyak, maka muncul ego dan emosi diri. Manusia yang kokoh, tidak terlepas dari cobaan. Untuk menjadi manusia yang hebat, maka ujian harus ditempuh. Hidup tidak terlepas dari masalah.
Dari permasalahan yang muncul, lanjutnya, maka kita harus meneladani Rasulullah yang terdapat uswatun hasanah atau suri teladan yang baik.
Teladan Rasulullah
Maftuh mengatakan, dalam Surta al-Ahzab ayat 21 yang artinya, Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
Dia menjelaskan, guru termasuk orangtua ketiga. Dengan urutan orangtua wali, orangtua kandung, dan guru. Untuk itu, tetaplah hormat terhadap guru,.
“Guru akan menjadi panutan sampai kapan pun. Jangan pernah merasa diri paling hebat, ingat semuanya itu karena ada campur tangan Allah memudahkan urusan kita,” katanya.
Bagi anak yang durhaka pada guru, jangan lupa mohon minta maaf pada sosok yang tidak pernah lelah karena sesungguhnya sayang guru lebih besar dari murkanya.
Dia menuturkan, Nabi Muhammad adalah contoh akhlak yang baik bagi generasi sekarang ini. Upaya yang perlu dilakukan untuk meneladani adalah pertama bersihkan mulut dari nilai kebohongan, jadilah generasi Al-Amin yang bisa dilakukan dengan melaksanakan shalat malam atau tahajud.
Kedua adalah perilaku baik menjadi muslim sejati. Apa yang disampaikan oleh guru pasti bermanfaat. Untuk itu, patuhi segala perintahnya. Kebahagiaan hakiki seorang siswa adalah patuh dan tunduk menjadi syarat seorang siswa dan hukumnya wajib.
Semoga, harapnya, dengan kajian ini kita bisa mengambil ibrahnya, Rasulullah meletakkan nilai-nilai keimanan dan keislaman di atas segalanya. “Semoga kita bisa meneladani nilai-nilai dan ajaran Rasulullah SAW yang diberikan untuk umatnya dalam menjalani kehidupan ibadah maupun bermuamalah,” tegasnya. (*)
Penulis Chilmiyati.Editor Ichwan Arif.