PWMU.CO – Komunikasi UMM apresiasi literasi digital SD Mupat Kota Malang. Hal itu disampaikan Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nasrullah.
SD Muhammadiyah 4 (SD Mupat) Kota Malang dinilai sebagai pelopor sekolah melek digital. Nasrullah, yang juga Ketua Tim Pengabdian menyampaikan apresiasinya di sela-workshop Penguatan Kapasitas Literasi Digital di aula SD Mupat, Jumat (13/10/2023). Hal senada juga disampaikan dua anggota tim Dr Joko Susilo dan Dr Frida Kusumastuti.
“Kemampuan sekolah ini mengelola media pembelajaran secara digital, menjadikan perpustakaan sebagai sumber belajar yang menyenangkan, memanfaatkan media sosial sebagai sarana public relations, serta adanya Pokja Literasi sangat inspiratif. Hebat sekali SD Mupat ini,” kata Nasrullah yang juga Ketua Prodi Komunikasi UMM itu.
Kepala SD Mupat Hana Ayudah MPd menyampaikan di masa pandemi Covid-19 tak kurang 500 video pembelajaran diunggah di akun YouTube sekolah. “Salah satu video pembelajaran diikutkan lomba dan memperoleh penghargaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),” ungkapnya bangga.
Tak hanya itu, sekolah peraih penghargaan Adiwiyata Propinsi Jawa Timur ini juga sangat concern terhadap isu bullying, termasuk di media digital. Itulah sebabnya, dalam berbagai forum dan kesempatan tak henti-hentinya Hana menyampaikan bahwa baik kepada peserta didik maupun orang tua murid.
“Untuk itu kami sangat berterima kasih jika tim pengabdian ini bisa konsisten mendampingi literasi digital di SD Mupat,” tutur Hana.
Empat Kegiatan
Pengabdian masyarakat yang dilakukan Tim Komunikasi UMM ini terdiri dari empat kegiatan. Selain workshop, juga dilakukan pembentukan dan deklarasi SD Mupat sebagai Simpul Literasi Digital, publikasi, serta pendampingan dari UMM.
Dalam naskah deklarasi yang ditandatangani ketua tim, kepala sekolah, anggota tim serta 10 guru, SD Mupat menyatakan sebagai simpul sekolah yang berkomitmen terhadap empat pilar literasi digital. Keempat pilar tersebut adalah mengembangkan keterampilan digital, menerapkan budaya digital, menjunjung etika digital, dan mewaspadai keamanan digital.
Frida mengatakan keempat pilar tersebut menjadi keharusan di tengah-tengah maraknya media digital sebagai sumber informasi yang membanjiri masyarakat. Khusus tentang etika digital, ia mengajak agar sebagai netizen para guru berhati-hati dengan jejak digital. “Sekarang cari mantu pun bisa melacak track record seseorang dari jejak digital di media sosialnya,” katanya.
Lebih lanjut, Frida menggambarkan bagaimana netizen kita sering gegabah memberikan komentar bernada negatif terhadap sesuatu yang tidak segaris dengan keyakinannya. Misalnya atlet dayung perempuan yang meraih medali emas, alih-alih diapresiasi prestasinya malah dikomentari pakaiannya yang buka aurat. “Ada pula yang mengomentari gambar di medalinya yang mirip logo PKI.”
Makanya, literasi digital harus terus dikembangkan di sekolah-sekolah agar mengimbas ke guru, anak didik, orang tua dan lingkungan. Melalui literasi digital, lanjut Frida, kita lebih aware terhadap dampak pelanggaran etika yang tak hanya menjadi jejak digital tetapi juga merugikan pihak lain.
Baca sambungan di halaman 2: Mewaspadai Hoaks