PWMU.CO – Tahajud bersama siswa SD Sakri (SD Muhammadiyah 1 Krian) Sidoarjo, Jawa Timur, dilaksankan Jumat (13/10/2023). Kegiatan untuk siswa kelas VI ini dilakukan setiap bulan sekali. Selesai pelajaran siswa tidak pulang tetapi langsung istirahat dan mandi di sekolah. Mereka sudah membawa alat bersih diri dari rumah.
Acara dimulai dengan shalat Maghrib berjamaah dilanjutkan dengan makan bersama dengan. Setelah itu mereka berjamaah Isya. Puncaknya tausiah yang disampaikan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Krian Emil Mukhtar Efendi SKom.
Dia mengulas tentang surat al-Maun. Pada ayat pertama dan kedua menjelaskan tentang orang yang mendustakan agama. Yaitu orang yang menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin.
Emil menjelskan, anak yatim harus disayangi mengingat orang tua mereka—ayah atau ibunya–sudah berpulang ke rahmatullah sehingga tak ada lagi yang merawat dan memperhatikan. Kasih sayang mereka tinggal satu sayap.
“Bagi anak-anak yang masih punya orang tua lengkap diharapkan lebih patuh, menghormati, dan mendoakan orang tuanya. Karena mereka masih mampu bekerja, menafkahi, menyediakan makan, memberikan kasih sayang, dan perhatian,” tuturnya.
Acara dilanjutkan dengan ice breaking oleh Betin Ni’amah SSi dan mengulang kembali makna tahajud yang sebelumnya telah diadakan tiga kali oleh kelas VI ini.
Acara berikutnya adalah ngaji bersama oleh Ira Susanti SPdI. Dia mengajak peserta membaca surat al-Mulk. Dia menjelaskan al-Mulk adalah surat al-maani’ah yaitu surat yang menghalangi dari adzab kubur.
Pembacaan al-Quran ditambah Ayat Kursi, Surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Naas. Karena surat-surat ini termasuk sunah Rasul dzikir pagi dan petang untuk menjaga diri dari gangguan setan dan kejahatan manusia. Untuk mengisi waktu Ratna Mettasari MPd mengajak membaca tiga ayat terakhir al-Baqarah.
Tepat jam 9 malam para siswa diminta kembali ke ruangan untuk istirahat karena pukul 03.00 Sabtu (14/10/2023) dini hari siswa dan guru melaksanakan tahajud bersama dengan delapan rakaat dan ditutup dengan witir tiga rakaat.
Saat menunggu adzan Subuh para siswa melanjutkan membaca Surat an-Naba’ sampai Abasa sebagaimana yang telah mereka hafal. (*)
Penulis Ira Susanti Editor Mohammad Nurfatoni