Menulis sebagai Jalan Perjuangan
Bagi Mas Suud, menulis, selain mengajar, adalah jalan hidup, jalan perjuangan. Dia menulis opini juga berita. Berita berbagai macam peristiwa dia tulis. Sudah jadi orang penting sebagai Wakil Ketua PDM Lamongan dia masih menulis, termasuk berita-berita musyawarah cabang.
Awal menulis di PWMU.CO tahun 2016 Mas Suud suka menulis tentang sejarah berdiri dan berkembangnya Muhammadiyah di desa-desa yang ada Kecamatan Modo. Berita-berita itu viral, dibaca puluhan ribu pembaca.
Padahal kalau saya dan dia bernostalgia, bisa ketawa mengenang masa-masa itu. Bayangkan, dia mengirim naskah dalam bentuk mosaik-mosaik, seperti mengirim SMS. Mas Suud kirim bagian per bagian. Misalnya kapan kejadiannya. Siapa pelakunya, dan seterusnya. Tapi naskah menjadi lengkap karena saya sebagai editor selalu meminta tambahan keterangan atau data.
Salah satu tulisan Mohamad Su’ud tentang sejarah Muhammadiyah Modo yang ditulis tahun 2016 baca di sini!
Tulisan-tulisan sejarah Muhammadiyah di Kecamatan Modo itu sebenarnya mau dia kumpulkan jadi sebuah buku. Tapi niat itu belum terwujud, karena jalan takdir kematian itu lebih dulu datang. Sama seperti keinginan saya menjadikannya editor yang belum terwujud, meski beberapa bulan sebelum sakit dia telah magang coeditor dengan kode inisial MS.
“Saya baru merasakan bagaimana beratnya menjadi editor,” katanya kala itu. Saya ajak Mas Suud magang karena tulisan-tulisannya sudah bagus. Itu karena dia rajin dan produktif menulis.
Mas Suud memang sangat getol dalam dunia literasi. Saat sebagai Sekretrais Majelis Tabligh PDM Lamongan, dia menjadi penulis dan editor beberapa buku. Dia juga mengasuh beberapa forum media sosial. Karena itu saat menjadi Wakil Ketua PDM Lamongan sebenarnya dia ingin membidangi Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi (MPID) sesuai dengan passion menulis sebagai jalan perjuangannya itu. Sayangnya keinginan itu tak terwujud. Itu bukan jalan takdirnya.
Kini, Mas Suud menemukan jalan takdir terbaiknya, menemui Allah Sang Khaliq, menyusul istri pertamanya Erva Rachmawati yang wafat 28 Desember 2020 . Bersama Erva, Mohamad Su’ud dikaruniai empat anak: Relung Fajar Sukmawati, Relung Mujahadah Nur Aisyah, Muhammad Relung Fazlur Rahman, dan Relung Dzakira Mumtaza.
Sedangkan dengan istri sambung, Siti Zulaikhah, yang dinikahi pada 21 November 2021, dia belum dikaruniai anak.
Selamat jalan Mas Suud yang wafat dalam optimisme hidup. Meski kau telah pergi tapi amal ibadahmu, termasuk tulisan-tulisanmu, akan mangabadi dan menginspirasi. (*)