PWMU.CO – Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur menggelar workshop Akademi Mubaligh Muhammadigah (AMM) di Graha Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Trawas, Mojokerto, Jumat-Sabtu (13-14/10/23).
Dalam pertemuan itu, pimpinan inti Majelis Tabligh (MT) PWM Jatim merumuskan desain, metode, serta kurikulum AMM. Acara ini juga dihadiri Wakil Ketua PWM Kordinator Bidang Tabligh, Tarjih dan Dakwah Khusus Dr Muhammad Sholihin Fanani
“Target dari AMM ini adalah menyiapkan kader yang mampu menjawab tantangan serta kegelisahan umat Islam di era distrust yang mengarah pada perpecahan umat,” ujar Ketua MT Dr Abdul Basith MAg.
Dalam sambutan pembukaan, dia menegaskan, rancang bangun Akademi Mubaligh Muhammmadiayh (AMM) salah satu ikhtiar dalam menyiapkan sumber daya mubaligh untuk menyambut estafet dakwah para mubaligh senior. “Keterbatasan SDM harus disikapi dengan menyiapkan kaderisasi mubaligh yang mampu menjawab persoalan-persoalan kekinian,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan, luasnya medan dakwah harus menjadi tantangan bagi mubaligh-mubaligh untuk terus menyiapkan kader-kader baru. “Medan dan wilayah dakwah Muhammadiyah ini luas sehingga menyiapkan mubaligh menjadi persoalan penting,” imbuhnya.
Ia berharap, workshop yang terselenggara ini mampu menghasilkan garis besar dan rumusan yang konkret sebagai rekomendasi. “Kita harus menghasilkan rekomendasi yang ideal, bisa diterima semua pihak, dilanjutkan audiensi ke PWM. Selanjutnya, akan diterapkan di daerah lain,” tuturnya.
Kuasai Kompetensi Dasar
Senada dengannya, Wakil Ketua Majelis Tabligh Dr Soluk Al Huda menambahkan, rumusan yang dihasilkan harus berorientasi jangka panjang sehingga menjadi kontribusi yang konkret dari Majelis Tabligh.
“Kita proyeksikan untuk jangka panjang dan semoga menjadi legacy yang baik, yang bisa ditinggalkan untuk generasi berikutnya,” ujar Sekretaris-Jenderal Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
Menurutnya, AMM ini harapannya menjadi jawaban atas kegelisahan umat Islam menyikapi kemajuan zaman. “Harus siap segala-galanya karena ini program penting untuk memformulasikan model dakwah yang kekinian,” sambungnya.
Salah satu kebutuhan mendasar seorang mubaligh dalam menyambut era 5.0 adalah penguasaan digital, interpreneurship, dan sejumlah kompetensi lainnya. “Sekurang-kurangnya ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dikuasai!” tegasnya.
Adapun kompetensi dasar yang menjadi kurikulum AMM di antaranya harus fasih dan menguasai baca tulis al-Quran, menguasai bahasa Arab, menjadi imam dan khatib dengan standar baik, menguasai digital, mubalighpreuneur, menguasai Ilmu Faraid, konsep keluarga sakinah, dan lain lain. (*)
Penulis Muhammad Roissudin Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni