Sabar, Kunci Ujian
Menghadapi ujian yang begitu berat, Nabi Ayub hanya meminta kepada Allah untuk selalu diberikan kesabaran. Sakit kulit yang dideritanya bertahun-tahun tidak membuat Nabi Ayub menyalahkan Allah SWT.
Ia tetap sabar dan menilai bahwa cobaan penyakitnya tidak seberapa dengan nikmat dan kemakmuran yang pernah dirasakannya hingga akhirnya turunlah ayat al-Quran yaitu surat Shad ayat 42 yang artinya “’Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.”
Khoiriyah kemudian menyimpulkan tentang macam-macam ujian yang dihadapi oleh Nabi Ayub, yaitu pertama adalah ujian kesulitan. Contohnya adalah musibah penyakit, kekurangan harta, dan lain-lain.
Ujian yang kedua adalah ujian kesenangan. Misalnya istri yang cantik, harta yang banyak, maka jika memiliki harta yang banyak kemudian tidak menggunakan hartanya di jalan Allah misalnya tidak berzakat, tidak berinfak, maka Allah akan dengan mudah untuk menghilangkannya, seperti halnya kisah Qarun yang hartanya ditenggelamkan ke laut, ucap sebelas bersaudara ini.
Ujian yang ketiga adalah ujian kesalahan. Maksud dari ujian ini adalah seseorang itu sudah mengerti bahwa yang dilakukan adalah salah namun tetap dilakukan. Misalnya mendengar azan tetapi tidak segera shalat.
Maka pekerjaan yang dilakukan tidak akan mendatangkan berkah, ucapnya. Contoh lain adalah kebiasaan ghibah. Sudah mengerti bahwa ghibah itu tidak membawa manfaat namun tetap dilakukan. “Maka perbanyak istighfar, berzikir kepada allah,” ajaknya.
Tiga Sikap Hadapi Ujian dalam Hidup
Dalam kesempatan ini, Khoiriyah menyampaikan bagaimana sikap yang baik dalam menghadapi ujian dalam hidup. Pertama menanamkan kepada diri sendiri bahwa semuanya adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah, sesuai dengan ayat al-Quran yang berbunyi “Sesungguhnya semua milik Allah dan sesungguhnya semua akan kembali kepada Allah” (al-Baqarah 155-157).
Kedua selalu bersyukur atas segala yang diberikan oleh Allah. Sesuai dengan firman Allah yang berbunyi, “Jika kalian bersyukur maka akan Aku (Allah) tambahkan untuk kalian nikmat.” (Ibrahim 7). Dia menjelaskan, ayat ini memberikan arti barang siapa yang pandai bersyukur maka nikmatnya akan bertambah.
Ketiga selalu meminta ampun kepada Allah dengan senantiasa beristighfar. La iaaha illa anta, subhanaka inni kuntu minazzalimim. Yang artinya tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (al-Anbiya’ 87).
Di akhir kajiannya, Khoiriyah memberikan tiga bekal amalan yang dapat membantu mengatasi ujian hidup, yaitu perbaiki kualitas shalat, perbanyak membaca al-Quran, bersedekah, berbakti kepada orang tua dan membantu hamba Allah yang miskin karena doa orang yang terzalimi adalah doa tanpa sekat. (*)
Penulis Nadhirotul Mawaddah Editor Mohammad Nurfatoni