PWMU.CO – Reuni Nasional Alumni SMP Muhammadiyah IV Pangkatrejo, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, yang digelar Rabu (28/6) lalu berlangsung sukses. PWMU.CO yang ikut hadir mencatat sejumlah keunikan dalam reuni yang dilaksanakan di halaman Gedung Dakwah Muhammadiyah Pangkatrejo itu.
Pertama, meski sudah ada kelas sejak 1969, tetapi baru tahun 2017 ini alumni mengadakan reuni lintas angkatan. Artinya, setalah 48 tahun, baru ada reuni. Tentu saja, karena jauhnya kurun waktu itu banyak alumni yang pangling, juga kangen luar biasa. Memang pada tahun 2015 ada pertemuan perwakilan alumni atau beberapa tahun terakhir ada angkatan yang mengadakan reuni sendiri, seperti angkatan 1978, 1980, 1981, atau 1983. Tapi sifatnya baru sektoral.
(Baca: Dihadiri mulai Angkatan 1969, 1000 Alumni SMPM IV Pangkatrejo Lakukan Reuni Nasional)
Kedua, karena 48 tahun baru diadakan reuni, maka rentang usia peserta reuni bisa sangat jauh. Sehingga jangan heran jika beberapa alumni memangil alumni lainnya dengan panggilan “dik”. Seperti yang dilakukan Wadhifah.
Alumni angkatan 78 itu kebetulan ditunjuk menjadi salah satu MC. Ketika memanggil Kepala Sekolah SMPM IV Pangkatrejo Imroatin —angkatan 94—untuk tampil memberi sambutan, maka dia memanggil dengan “Dik Im”. Bahkan beberapa alumni pernah jadi guru dan murid dalam satu almamater, seperti Alifin—angkatan 75—dengan M Said—alumni angkatan 81, yang juga pernah jadi kepala sekolah.
(Baca juga: Kisah Alumni SMPM IV Pangkatrejo: Dari Jalan Kaki 10 KM, SPP Rp 1.250, hingga Kelas 1 Ditempuh 3 Semester)
Ketiga, karena baru sekali diadakan reuni, maka antusias peserta sangat besar. Dalam perkiraan PWMU.CO, setidaknya ada 1.000 peserta yang hadir. “Ada teman-teman saya, dari SMPN yang masih penasaran, kok bisa datangin undangan reuni sebanyak itu,” ujar Agus Prasetiyo, angkatan 94.
Antusiasme peserta tidak hanya bisa dilihat dari jumlah peserta yang membludak—sampai kursi yang tersedia tidak mencukupi—tetapi bisa juga dilihat dari daerah asal peserta.
Ada yang datang dari Kota Samarinda seperti Ahmad Zaini, alumni angkatan 86 yang kini jadi dosen Universitas Mulawarman Samarinda. Ada juga yang datang dari ujung barat Pulau Jawa, yaitu Mohammad Kholili—angkatan 83 yang bermukim di Kota Cilegon, Banten. Bahkan ada yang datang dari Malaysia. Karena itu, ada yang usul kata “nasional” yang disematkan pada “reuni”, mestinya diganti “internasional”. Usul itu misalnya dilontarkan Nasrullah, alumni ankatan 78 yang jauh-jauh hadir dari Jakarta.
Ketiga, inilah reuni yang tidak hanya fokus pada masa lalu dengan cara sekadar bernostalgia. Karena itu tema reuni adalah “Mengenang Masa Lalu, Menyiapkan Masa Depan.” Menurut Ketua PASM4 M Yazid Nurkhafidzi, yang dimaksud menyiapkan masa depan adalah bagaimana reuni ini mampu memberi kontribusi pada almamater agar tetap jaya di masa depan.
(Baca juga: Lewat WhatsApp, Para Alumni Galang Dana untuk Almamater)
Tak heran jika dalam acara reuni itu aroma nostalgia tidak terlalu dominan. Menyanyikan lagu memori yang biasanya mendominasi acara reuni hanya ditampilkan sekali. Yang dominan justru bagaimana menggugah alumni untuk berkontribusi pada kemajuan SMPM IV Pangkatrejo. Hal itu tampak misalnya dari kebarhasilan panitia menggalang donasi spontan sebesar Rp 36.100.000.
Dana spontan itu melengkapi kontribusi alumni sebelumnya yang digagas sejak Oktober 2015. Seperti dilaporkan Yazid, sampai 28 Juni 2017, kontribusi dana alumni yang digalang melalui Group WhatsApp “PASM4 SMPM4 PANGKATREJO” telah mencapai Rp 167 juta. “Sudah kami salurkan untuk dana operasional siswa dan peningkatan kesejahteraan guru sebesar Rp 99 juta. Sehingga saldo per hari ini ada Rp 68 juta,” ujarnya saat memberi sambutan. Kesuksesan penggalangan juga terlihat dari dana reuni. Meski dianggarkan sebesar Rp 52,5 juta, ternyata dana yang berhasil dihimpun sampai 28 Juni 2017 sebesar Rp 75.226.271.
Adanya donor darah yang bekerjasama dengan PMI Kabupaten Lamongan juga menjadi bukti lain tidak fokusnya reuni ini pada kangen-kangenan. “Setetes darah alumni bisa menyelamatkan nyawa yang membutuhkan,” kata Malikan, koordinator acara donor darah.
(Baca: Lewat WhatsApp, Para Alumni Galang Dana untuk Almamater)
Keempat, di samping mempertemukan alumni lintas angkatan, ternyata reuni kali ini juga berhasil mempertemukan alumni dengan guru-guru senior SMPM IV Pangkatrejo yang masih sehat. Di antaranya Ichwan Munir, Amar Sakti, atau Mukzi Ilyas. “Bapak sudah berusia 76 tahun,” kata Zamroni, putra Munir, ketika ditanya PWMU.CO.
Kesehatan prima guru-guru senior menjadi kekaguman tersendiri bagi alumni, termasuk pada Munir yang pernah menjadi kepala sekolah itu. Karena itu banyak alumni yang bersyukur bisa bertemu lagi dengan para guru senior itu, seperti yang dikatakan Jakfar, alumni 70, saat memberi kesan dan pesan mewakili alumni. Rasa syukur itu, secara khusus diekspresikan panitia dengan memberikan bingkisan kenangan pada para guru-guru yang jasanya tak akan terbayar dengan apapun.
Kelima, beberapa angkatan menunjukkan identitasnya dengan membuat seragam per angkatan. Ada yang memakai kain tetun khas Parengan seperti yang dipakai angkatan 79, baju batik seperti angkatan 78, 77, atau 83, kostum kaos seperti angkatan 82 dan 94. Dan lain sebagainya.
Tidak itu saja, usai acara reuni nasional, beberapa angkatan melanjutkan dengan pertemuan khusus per angkatan. Ada yang digelar di rumah salah satu alumni, di rumah makan, atau di masjid. Semua itu memberi warna pada reuni nasional yang sekaligus membuat optimisme almamater melambung tinggi. Selamat! (M Nurfatoni)