PWMU.CO – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Brondong harus bersiap diri. Karena Kecamatan Brondong dan sekitarnya telah diproyeksikan sebagai pusat industri. Nugraha Hadi Kusuma dalam paparannya mengungkapkan bahwa dalam 5 tahun terakhir ini Kecamatan Brondong akan dijadikan sebagai kawasan Agroindustri.
Hal itu, kata Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Jawa Timur berdasarkan kebijakan kemaritiman yang dipaparkan oleh Bappenas Republik Indonesia.
”Rencananya di kawasan Brondong akan dibangun 9 kilang minyak dan 8 pelabuhan,” ujar Nugraha dalam acara halal bi halal di Gedung Dakwah Muhammadiyah Brondong, Lamongan, Sabtu (29/6).
(Baca: Penelitian LPCR: Ternyata Cabang-Ranting yang Rata-Rata Unggul Itu karena …)
Kebijakan ini, lanjut Nugraha tentu akan membawa banyak efek. Baik efek positif maupun negatif. Maka dari itu, PCM Brondong harus bersiap diri sehingga bisa menangkap berbagai peluang dan tantangan dengan terbukanya pintu ekonomi internasional.
”Amal usaha sebagai modal gerak Persyarikatan hendaknya tidak terjebak dengan pendirian sekolah–sekolah dan rutinitasnya saja. Akan tetapi sudah saatnya untuk berinovasi sebagaimana yang dilakukan Cabang-Ranting Muhammadiyah unggulan di Indonesia,” jelasnya di hadapan PCM, PCA, PRM, PRA dan Ortom se-Cabang Brondong.
Nugroho pun berharap ini bisa mewujudkan kemandirian di PCM Brondong. ”Alangkah hebatnya apabila Brondong bisa melakukan pengolahan sampah dengan berbagai inovasinya. Saya lihat di tepi laut banyak sampah plastik yang bisa diuangkan. Belum lagi pengolahan ikan, kue, handy craft, pariwisata berbasis syariah, dan masih banyak potensi yang bisa dimunculkan di Brondong ini,” tuturnya.
(Baca juga: Cabang Ranting Muhammadiyah Expo 2017: Sulap “Hutan” Jadi Pusat Keramaian)
Nah, gerakan membangun kemandirian ekonomi ini akan meningkatkan gairah ber-Muhammadiyah bagi anggota dan simpatisan. ”Untuk melaksanakan ide-ide itu perlu pelibatan Angkatan Muda Muhammadiyah dan Aisyiyah,” ajaknya.
Halal bi halal yang mengambil tema ‘Membangun Jaringan Melalui Cabang dan Ranting’ itu dibuka oleh KH Hamdan Lufi. Dalam iftitahnya, Sesepuh Muhammadiyah ini mengingatkan hendaknya ibadah shalat qiyamul lail, tilawah, dzikir dan lainnya jangan berhenti di bulan suci Ramadhan saja. Akan tetapi harus semakin ditingkatkan.
”Ibarat menenun kain, bila sudah jadi janganlah diurai lagi. Karena ibadah itu tidak ada masanya. Artinya wajib kita lakukan sampai kematian itu tiba,” ingatnya.
(Baca juga: Pimpinan Pusat Siap Gelar ‘Cabang Ranting Muhammadiyah Expo’ di Babat)
Di saat yang sama, Mat Iskan dalam sambutannya menegaskan pentingnya bisa belajar dari cabang dan ranting unggulan. Sehingga bisa melakukan percepatan gerak dan tidak jauh tertinggal. ”Tugas kolektif untuk melaksanakan amalan shaliha secara berjama’ah harus kita tingkatkan, dan meninggalkan ego komunal kita,” Mat Iskan memberi semangat hadirin.
Saat ini, lanjut Mat Iskan masih ada dua desa yang belum ada Ranting Muhammadiyah. Yaitu Desa Moyoruti dan Ganting. ”Insya Allah tidak lama lagi akan segera terbentuk ranting di dua desa itu,” Mat Iskan berharap.
Di akhri sambutannya, Mat Iskan mengajak semua pimpinan yang hadir untuk meningkatkan dedikasi dan loyalitasnya pada Persyarikatan.(uzlifah/aan)