PWMU.CO – Gus Bach mendorong reformasi kaderisasi Muhammadiyah. Ketua Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PP Muhammadiyah Bachtiar Dwi Kurniawan SFilI MPA menyampaikannya pada Rakerwil MPKSDI Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa timur. Agenda ini bertajuk “Menguatkan Lembaga, Mendayagunakan Sumber Daya untuk Proliferasi Persyarikatan”.
Gus Bach–sapaan akrabnya–menjelaskan, kaderisasi Muhammadiyah dijalankan dengan tujuan, khususnya merujuk keputusan Muktamar Ke-48 Muhammadiyah Surakarta. “Sebagai persyarikatan yang terhimpun dalam satu perkumpulan, tentu memilliki dan harus berpatok pada tujuan organisasi, khususnya pada tujuan Muhammadiyah yang terbagi dari train kepengurusan 2022-2027” Ujarnya.
Dia lantas menyampaikan, “Jadi Muhammadiyah itu punya 8 program pasal keputusan Muktamar kemarin, dan empatnya menjadi urusan dari MPKSDI, baik langung maupun tidak langsung.”
Selain itu, sambungnya, ideologisasi terkait Islam dan Muhammadiyah juga menjadi tanggung jawab MPKSDI. “Untuk terus menanamkan dan meneguhkan hal tersebut kepada para kader-kader Muhammadiyah,” ucap Dosen Ilmu Pemerintah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.
Jadi yang melakukan peneguhan ideologi secara program dan intensif adalah MPKSDI. Hal tersebut tertuang dalam dua hal yaitu pengaderan formal dan informal. Pengaderan formal terdiri dari baitul arqam dan darul arqam.
Walaupun, lanjut Gus Bach, peneguhan ideologi Majelis tabligh juga mempromosikan bagaimana paham Islam yang menjadi manhaj Muhammadiyah. “Mulai dari Islam yang wasthiyah, tengahan, toleran dan damai; mulai dari bagaimana paham Islam yang tajdid, yang didalamnya terdapat purifikasi dan dinamisasi; bagaimana paham Islam di Muhammadiyah yang dipromosikan adalah Islam yang rahmatan lil alamin,” jelasnya.
Diaspora Muhammadiyah
Dalam pemaparan berikutnya, Gus Bach menyebutkan pendiasporaan atau distirbusi penyebaran Muhammadiyah perlu dilakukan dalam berbagai lini kehidupan. Baik kehidupan kemanusiaan global, kebangsaan, keumatan dan Kemuhammadiyahan dan Aisyiyah.
Ia juga mendorong para kader aktif di kandidasi pilpres. “Ini menjadi laboratorium politik untuk kader-kader Muhammadiyah pada kandindat untuk belajar politik yang sebenar-benarnya, bukan politik yang saya ajari sebagai dosen politik, akan tetapi real politik!” tuturnya.
Menurutnya, internasionalisasi juga menjadi tugas dan kehendak MPKSDI. “Agar kader-kader kita itu dapat melakukan konsep internasionalisasi, agar mereka bisa mempromosikan sekaligus merekrut Muhammadiyah di sana,” tandasnya di Aula Mas Mansur Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV No. 1, Surabaya, Sabtu (28/10/2023).
Gus Bach menerangkan, kaderisasi perlu dipertahankan dan ditumbuhkan, serta dijaga agar tidak hilang. Dia juga memaparkan empat jalur kaderisasi Muhammadiyah. Yakni jalur keluarga, amal usaha, organisasi otonom, dan program khusus komunitas.
Berbasis LMS
Bachtiar juga menjelaskan, kader-kader Muhammadiyah perlu memiliki literasi yang bagus. Karena tantangan ke depan akan lebih kompleks dan variatif. Sehingga dia menegaskan perlu penyiapan kader-kader yang memilik SDM bagus. “Terutama dalam kualitas literasi yang bagus, sehingga dapat melahirkan intelektualitas,” imbuhnya.
Dia juga menambahkan, reformasi dalam sistem kaderisasi Muhammadiyah dapat dilaksanakan dengan berbasis Learning Management System (LMS). Sehingga semua dapat mengikuti baitul arqam dan darul arqam tanpa harus meninggalkan pekerjaan.
“Untuk kegiatan yang offline akan dilaksanakan secara offline, yang online akan dilakukan secara online, sehingga kegiatan ini tidak mengganggu pekerjaan dan mengguncang perekonomian keluarga atau kendil guling,” ucap Bachtiar.
Menjelang akhir pemaparannya, Bachtiar mengatakan perlu adanya perencanaan pengaderan yang lebih inklusif. Yakni tidak hanya terbatas pada organisasi internalnya (ortom) tetapi juga mencakup komunitas-komunitas lain. Termasuk komunitas di tingkat politis dan birokrat. Saat Baitul Arqam misalnya, bisa mengundang mereka untuk memperkuat hubungan dengan berbagai komunitas itu.
Dia menambahkan, “Adakan pertemuan, adakan baitul arqam untuk mereka yang dahulu menjadi kader, maka mereka akan senang masih dianggap pimpinam wilayah sebagai orang-orang muhammadiyah. Jika tidak disapa lagi, diingat lagi, maka lama-lama mereka akan menjadi musnah atau tidak lagi mengenal Muhammadiyah.”
Bachtiar menutup acara dengan memberikan sentuhan kepada para peserta untuk tidak lupa menjadi warga Muhammadiyah yang menekankan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan Islam. Seperti dalam surat al-Ma’un yang mengajak untuk peduli pada orang miskin dan yatim-piatu.
“Muhammadiyah meyakini bahwa Islam bukan hanya retorika atau kata-kata semata. Tetapi juga harus diterjemahkan melalui tindakan nyata, maka perlu berpihak kepada orang miskin, yatim piatu, untuk dapat menyantuni sekaligus melakukan kebaikan kepada mereka, agar tidak menjadi bagian dari orang-orang yang celaka,” ujarnya.
Dia menutup dengan menegaskan, reformasi kaderisasi yang telah diusulkan memiliki tujuan yang baik. Yaitu untuk mendukung program-program Muhammadiyah yang mencakup ideologisasi, internasionalisasi, dan diaspora. (*)
Penulis Ario Khairul Habib Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni