Lomba Kreasi Pohon Literasi SMPM 2 Ponorogo Jadi Ajang Cerita Siswa, Liputan Avita Diah Ayu Atalia
PWMU.CO – Kamis (26/10/23) lalu, Waka Kesiswaan SMP Muhammadiyah (SMPM) 2 Ponorogo, Jawa Timur, Ismini SPd mengimbau kepada seluruh siswa agar memunculkan ide sekreatif mungkin untuk Lomba Kreasi Pohon Literasi yang akan digelar dalam rangka peringatan sumpah pemuda dan Bulan Bahasa di halaman sekolah, Sabtu (28/10/23).
Ia sengaja memberikan kebebasan tema untuk setiap kelas agar siswa lebih leluasa berkreasi.
Ternyata hal tersebut disambut baik oleh semua siswa, termasuk Siti Nur Hajah, salah satu siswa kelas VII. Sejak hari itu, siswa berbadan mungil itu sangat antusias memikirkan konsep bersama teman-temannya.
Saat momen penilaian oleh juri berlangsung, ada salah satu penggalan karya yang membuat Indah Sulistyowati, Kepala SMPM 2 mengaku bangga sekaligus terharu saat melihat pohon literasi yang telah dihias siswa terutama di kelas VII karena kelas didominasi anak-anak berkebutuhan khusus.
“Aku tidak melihat kekurangan mereka karena di mataku mereka sempurna dan hebat, kami adalah keluarga yang saling melengkapi kekurangan dan kelebihan semua”
Tulisan sederhana yang diberi judul Keluarga Keduaku itu berhasil membuat para guru dan juri terperangah, pasalnya meski karyanya tidak mendapat juara pertama namun semua guru mengapreasiasi penuh hasil kreativitas siswa tersebut.
“Karya anak-anak hebat ini patut diacungi jempol, bahkan saya tidak menyangka, perlombaan ini bisa memunculkan kebersamaan, kepedulian dan uneg-uneg dan jadi ajang cerita dari masing-masing siswa,” ujarnya.
Dari karya mereka, lanjutnya, kita jadi tau bagaimana pandangan mereka terhadap sekelilingnya.
mereka benar-benar menunjukkan betapa keterbatasan tak menghalangi untuk berkarya, didampingi Vatarisma, Guru Prakarya saat pengerjaan, semua siswa di kelas VII membuat karya masing-masing.
“Ada yang menggambar animasi kartun bergandeng tangan bukti persahabatan, ada yang menuliskan cita-citanya, dan ada pula yang mengutarakan perasaan bersama sahabat dikelasnya, mereka membuat karya sesuai kemampuan yang dikemas dalam tema Pohon Persahabatan,” terang Vatarisma.
Menurut Siti, tema tersebut diangkat karena terinspirasi dengan keadaan di sekitarnya.
“Kami kan berbeda-beda, ada yang mukim di Pondok, ada yang memiliki hambatan, tapi perbedaan itu membuat kita menjadi unik,” tandasnya.
Semua siswa menuangkan idenya dalam gambar maupun tulisan, bahkan beberapa anak difabel yang biasanya tidak mau menulis ikut membuat karya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni