PWMU.CO – Beginilah jika para aktivis tempo dulu berkumpul. Selain bernostalgia, mereka juga berdiskusi. Dan yang menarik, mereka ingin mewariskan semangat perjuangan kepada generasi muda saat ini. Terutama pengalaman perjuangan melawan PKI di masa itu.
Salah satu yang menjadi perbincangan nostalgia adalah SD Muhammadiyah 1 Kota Malang. Ternyata SD itu dulu merupakan pusat pergerakan bagi pemuda. Hal tersebut disampaikan oleh Prof H Ali Akhsan, dalam forum diskusi para tokoh pergerakan di PKBM Zam Sam Jalan Cakalang 209 Poliwijen Kota Malang, (2/7).
Meskipun bukan pimpinan Muhammadiyah tapi Ali Akhsan dengan tegas dan bangga mengatakan, “Dulu sebelum kami punya kantor, SD Muhammadiyah 1 lah yang menjadi pusat pergerakan.” Dia menjelaskan, semua konsep dan strategi dirumuskan di sekolah tersebut. “Itulah hebatnya Muhammadiyah. Semua bisa difungsikan untuk kepentingan bersama. Sekarang saya lihat sudah bagus, alhamdulillah,” ungkap Ali Akhsan dengan bangga.
(Baca: Cerita tentang Pimpinan yang Gadaikan Sertifikat Tanahnya untuk Dirikan Sekolah Muhammadiyah)
Pernyataan Ali Akhsan itu dibenarkan Drs H Masrani anggota Corp Mubaligh Muhammadiyah ( CMM) Malang Raya. “Benar sekali apa yang dikatakan beliau. Sebelum ada kantor, kami, para mahasiswa yang tergabung di OKP (Organisasi Kepemudaan) yang terdiri dari Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Himpunan Mahasiswa Islam, dan KAPPI (Kesatuan Aksi Pelajar Islam) bersatu membangun kekuatan melawan hegemoni PKI,” papar Masrani. Menurutnya, gedung SD Muhammadiyah 1 yang terletak di Jalan Kawi Kota Malang itu memberi kesan yang mendalam buat pemuda pergerakan.
Sementara itu Ernomo, mantan Bupati Trenggalek 1995-2000 menambahkan agar pemuda sekarang tidak dilepas. Simpatisan Muhammadiyah itu mengatakan, “Memang zaman kita berbeda. Dulu jelas musuh kita, tapi sekarang serba abu-abu. Saya sangat berharap adik-adik pemuda sekarang tetap punya semangat untuk merawat nilai-nilai yang dibangun ketika NKRI didirikan. Juga tetap kritis terhadap kebijakan pemerintah apalagi kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat,” pesan Ernomo.
Tokoh perempuan Yanmin Kustanningsih—salah satu perempuan yang pernah memimpin demo melawan PKI di Malang—mengatakan agar kita tetap menjaga prinsip. “Kita harus tetap menjaga prinsip, dan ini harus bisa kita wariskan pada generasi penerus kita,” ujar Yanmin yang juga warga Muhammadiyah itu.
(Baca juga: 10 Agenda yang Harus Dilakukan untuk Tangkal Kebangkitan PKI)
Hal yang sama disampaikan oleh Bendahara PWA Jatim Wajdiyah dan Siti Asma—Ketua Majelis Dikdasmen PWA Jatim. Asma mengatakan bahwa kondisi pemuda sekarang ini, terutama kaum perempuannya, termasuk manja. “Nah kita yang masih diberi umur panjang, seyogyanya lah mulai mau menyisihkan waktu untuk mendampingi mereka agar prinsip itu tidak hilang dari diri mereka. Mari memunculkan kembali perempuan-perempuan muda yang tangguh yang bisa berperan aktif dalam pembangunan bangsa,” ajak Asma kepada peserta diskusi.
Diskusi itu dihadiri para mantan tokoh pergerakan, nampak juga para aktivis Muhammadiyah Prof Sasmito Jati (Ketua Pimpinan Wilayah Tapak Suci Putera Muhammadiyah Jatim), Dr Latipun (Ketua MPK PWM Jatim), H Abdillah Hanafi (owner PKBM yang juga anggota CMM), Lutfi Jayadi Kurniawan (Wakil Ketua Majelis Hukum dan HAM PDM Kota Malang), Nugraha Hadi Kusuma (Wakil Ketua LPCR PWM Jatim), dan masih banyak lagi termasuk para tokoh perempuan pejuang Kota Malang. (Uzlifah)