PWMU.CO – Duka mendalam menyelimuti warga Muhammadiyah Banyuwangi. Salah satu tokohnya, H Mudhofir Alwie, pagi tadi (Kamis, 6 Juli 2017), dipanggil menghadap Sang Ilahi. “Setelah semalam dirawat di Rumah Sakit Islam (RSI) Fatimah, pada pukul 4.00 tadi beliau menghembuskan nafas terakhir,” kata Ainur Rofiq, Sekretaris PDM Banyuwangi.
Di lingkungan Persyarikatan, pria kelahiran Tuban, pada 17 Juni 1942 ini termasuk kader ideologis. Ia mulai berani berbeda dengan kultur asal keluarganya, setelah pada 26 Agustus 1965, “hijrah” ke Banyuwangi sebagai guru SMA Negeri.
(Baca: IMMawati Nurrima Dini Elysa, Ketua IMM Komisariat Psikologi UMSurabaya, Meninggal Akibat Kecelakaan)
Lazimnya seorang “muhajirin”, yang anti kemapanan, ia terus melakukan pencarian jatidiri. Melalui pengajian yang diikuti di rumah Pak Maksum Idrisi, Kauman Banyuwangi, pada 1967 sosok yang sangat bersahaja itu mengenal dan tertarik pada Muhammadiyah.
“Saya tertarik pada Muhammadiyah, karena dakwahnya menyentuh hati dan pikiran. Sehingga bisa mengubah pola pikir dalam beribadah,” tutur lulusan PGSLP Malang tersebut dalam suatu kesempatan.
Begitu masuk Muhammadiyah, langsung dipercaya sebagai sekretaris PCM Banyuwangi. Pada periode berikutnya, sebagai sekretaris Majelis Tabligh PDM (1974-1978), Ketua Majelis Tabligh (1985-1996), Wakil Ketua PDM (2000-2005), dan anggota PDM (2005-2010). Ia juga pernah menjabat Kepala SMP Muhammadiyah 3 Banyuwangi (2002-2008). Sejak 2008 hingga sekarang, sebagai penasihat Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Taman Baru.
(Baca juga: Mustofa Nur, Mantan Ketua PDM Lamongan Wafat dan Setahun Perginya Ulama Bersahaja Tempat Bertanya)
Setelah memasuki usia senja, aktivitas utamanya adalah mengikuti pengajian, terutama Ahad Pagi, di Masjid Ahmad Dahlan Banyuwangi. Ketika ditemui MATAN beberapa waktu lalu, ia mengaku bahagia karena lima anaknya sudah mapan semua.
Dijelaskan bahwa anak pertama, Imam Rosyadi Arif kini berdomisili di Denpasar sebagai Pegawai Kantor Perpajakan. Sedangkan empat anaknya yang lain semuanya swasta, yaitu Arif Rahman Hakim (di Banyuwangi), Muhammad Rofiq (di Malang), Khoirul Anam (di Banyuwangi), dan Abdul Haris (di Banyuwangi).
Di mata anak dan istrinya, almarhum adalah seorang pendidik dan pemberi inspirasi bagi keluarganya. “Tentu, kami merasa sangat kehilangan. Semoga almarhum diberi tempat yang mulia di sisi-Nya,” harap Arif Rahman Hakim. (nadjib hamid)