PWMU.CO – Ingin membesarkan Muhammadiyah, harus punya proyeksi bersama. Ini bagian dari strategi mewujudkan lembaga pendidikan Muhammadiyah berkemajuan yang disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Hidayatulloh MSi.
Di hadapan peserta Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Majelis Pendidikan Dasar Menengah (Dikdasmen) dan Pendidikan Nonformal (PNF) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo, Hidayatulloh di tengah pemaparannya memberi contoh bagaimana dalam mengembangkan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dengan sepenuh hati dan serius.
Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) ini mengungkap, “Saya terus meyakinkan semua orang untuk serius mengembangkan dan meningkatkan Umsida. Tidak ada yang tidak serius dalam membicarakan berbagai hal dalam menggerakkan AUM. Jangan setengah-setengah dalam mengembangkan amal usaha.”
Selain melaksanakan tugas pengembangan Muhammadiyah dengan sepenuh hati dan serius, Hidayatulloh juga menegaskan pentingnya sinergi. “Kita akan bisa melahirkan amal usaha unggulan. Dan dalam upaya ini tentu tidak hanya keseriusan, juga diperlukan sinergi. Persyarikatan Muhammadiyah sejak awal didirikan dibangun dengan penuh sinergi,” ungkapnya di Hotel Tanjung Plaza, Prigen, Pasuruan.
Dia mengisahkan, dalam sejarah Kiai Ahmad Dahlan, meski dia inisiator berdirinya Muhammadiyah tapi tidak menunjukkan otoritasnya. Hidayatulloh pun mengungkap bagaimana KH Ahmad Dahlan masih meminta pendapat orang lain.
“Misal usulan nama Muhammadiyah. Ini diusulkan dari muridnya bernama Samidu. Dan dari hasil istikharahnya cocok. Artinya semua orang diberi ruang. Memberi kesempatan semua orang untuk memberi kontribusinya terbaiknya,” ujarnya, Ahad (5/11/2023).
Bercita-cita Besar
Untuk mewujudkan pengembangan berkelanjutan, menurut Hidayatulloh perlu cita-cita besar. Ini menjadi pesan berantai Hidayatulloh dari pesan yang disampaikan Menteri Pendidikan Nasional pada Kabinet Gotong Royong (2001-2004) Prof Malik Fadjar kepadanya.
“Dalam hidup ini, Anda boleh tidak punya apa-apa, tetapi Anda harus punya mimpi, cita-cita, atau keinginan tentang masa depan. Dengan cita-cita itu kita punya semangat atau girah, kita punya energi yang menggerakkan diri kita untuk melakukan sesuatu,” ujar Hidayatulloh mengenang pesan Prof Malik Fadjar.
Kiai Ahmad Dahlan punya cita-cita yang sangat besar sekali bagaimana membangun Indonesia dan umat. Kata Hidayatulloh, sang Kiai membina berbagai bidang usaha yang diformulasikan dalam Muhammadiyah. Karenanya, Hidayatulloh menggarisbawahi jika ingin membesarkan Muhammadiyah, harus punya proyeksi bersama. Dalam konteks ini antara Majelis Dikdasmen dan PNF dan kepala sekolah.
“Majelis Dikdasmen punya cita-cita, kepala sekolah punya cita-cita, maka ini harus dipertemukan! Tidak boleh satu ke kanan, satunya ke kiri,” tuturnya.
Dia pun menambahkan, “Kalau sudah ketemu, jangan mudah mengubah mimpi itu. Kalau sampai jadi kepala sekolah kemudian diganti, berarti tidak serius.”
Hidayatulloh menegaskan, setiap kita harus punya visi sukses dalam menyelenggarakan AUM. Jangan hanya menjadi rutinitas. “Karena visi itu kita proyeksikan untuk berkembang terus selamanya. Maka harus ada proyeksi secara berkala dalam kurun waktu lima tahun, sepuluh tahun, dan seterusnya akan menjadi apa,” ajaknya.
Hidayatulloh menandaskan pimpinan AUM perlu fokus, tidak terpengaruh yang lain. Dia mencontohkan, “Kalau ada pengawas yang melakukan visitasi, kemudian dia menyarankan ke kita tentang bagaimana sesuatu itu seharusnya, tapi karena dia tidak mengetahui apa yang menjadi visi kita, maka jangan diikuti. Kalau tidak selaras dengan visi kita maka harus berargumentasi kepada pengawas tersebut dalam meneguhkan visi kita.”
Baca sambungan di halaman 2: Merencanakan Kesuksesan