PWMU.CO – Muhammadiyah terus mendapatkan kepercayaan atas kiprahnya mengembangkan dakwah dan kemajuan bangsa melalui amal usaha Muhammadiyah (AUM). Kali ini, Muhammadiyah mendapatkan dukungan dari pemilik PT Polowijo Gosari Group yang ada di Gresik, Jawa Timur.
Bos PT Polowijo Gosari H Djouhar Arifin memastikan menghibahkan lahan seluas 3,8 hektar yang nantinya disiapkan untuk pendirian sekolah vokasi di Gresik dalam naungan Pimpinan Daerah Muhsmmadiyah (PDM) setempat. Sebelumnya, pada 2007 silam lahan 1,5 hektar di Gondanglegi juga telah dihibahkan kepada Muhammadiyah dan telah dimanfaatkan menjadi pesantren dan panti Muhammadiyah.
(Baca: Studi Banding ke SMK Mutu Gondanglegi sebelum Dirikan SMK Muhammadiyah Gosari Gresik)
Penandatanganan hibah lahan dari keluarga Djouhar Arifin kepada Muhammadiyah ini secara resmi dilakukan di hadapan notaris dan disaksikan undangan yang hadir pada halal bihalal yang digelar di Pondok Pesantren dan Panti Muhammadiyah Gondanglegi, Kabupaten Malang, Kamis (13/7).
Ketua PWM Jatim Dr H Saad Ibrahim MA sebagai penerima juga turut mendatangani nota hibah didampingi wakil ketua PWM H Tamhid Masyhudi.
Dalam pernyataannya, Djouhar Arifin menegaskan bahwa komitmennya untuk membantu Persyarikatan Muhammadiyah cukup beralasan. Menurutnya, Muhammadiyah dikenal memiliki semangat dan komitmen kuat dalam perjuangan dan maju dalam pengelolaan unit atau amal usaha.
(Baca juga: Kunjungi Diam-Diam SMK Mutu Gondanglegi, Ketua PP Muhammadiyah: Benar-Benar Bermutu)
“Sebelum masuk di lahan ini, saya sempat mendapatkan guyonan dianggap salah masuk. Tetapi, saya abaikan itu dan lebih percaya Muhammadiyah,” demikian Djouhar disambut tawa dan applaus hadirin.
Akan tetapi, pria kelahiran Ujungpangkah Gresik ini tetap meminta bantuan dan hibah yang diberikan tetap prosedural dan sepengetahuan PP Muhammadiyah dan PWM Jatim. Terkhusus hibah seluas 1,5 hektar di Gondanglegi, Djouhar Arifin meminta gedung yang akan dibangun di atasnya dua tahun jadi dan bisa segera dimanfaatkan. Ia pun meminta segera dibuat master plan.
“Yang ada di sini dibiarkan adanya. Sisa lahan bisa dimanfaatkan untuk pusat keagmaan, pendidikan, dan juga bisa untuk bisnis,” harapnya.
Sementara itu, Ketua PWM Saad Ibrahim menegaskan banyak kepercayaan yang diberikan kepada Muhammadiyah. Saad pun menjamin apa yang diterima akan terjaga dan tidak akan menjadi rebutan, karena menjadi harta Persyarakatan.
Saad juga menyampaikan apresiasi, semangat, dan pikiran besar seorang Djauhar. Menurutnya, andaikata Abu Bakar dan Umar bin Khattab hadir di tempat ini, ia akan bilang apa yang kami lakukan diteruskan seorang Djohar Arifin.
Lebih lanjut, pria yang bersahaja ini menyinggung sejarah kejayaan Islam yang habis pada 1924 M, setelah khilafah Usmaniyah bubar. Akan tetapi, benih kebangkitan telah disemaikan pada tahun 1212 M oleh Allah SWT, khususnya di Indonesia, atau tepatnya 12 tahun sebelum Islam mengalami kemunduran.
“Waktu sebelumnya sudah ada tokoh Islam besar seperti Rasyid Ridha, Muhammad Abduh, atau Ibnu Sina. Akan tetapi, Islam jangan berhenti hanya pada harakah fikriyah (gerakan pemikiran). KH Ahmad Dahlan menginginkan kebangkitan Islam secara konvkrit. Ajaran dalam surat Almaun digairahkan dengan banyak dibentuk amal usaha nyata,” ungkap Saad.
Bahkan, menurutnya, kejayaan Islam dan peradaban Islam harus terus diwujudkan bersama-sama. Karena itu, lanjutnya, kita jangan menjadi umat eksklusif yang kering bahkan silaturahmi antarsesama muslim. (amin)