PWMU.CO – Memasuki tahun pelajaran baru 2017/2018, Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) mengimbau kepada sekolah di seluruh Indonesia untuk bisa menghadirkan kesan terbaik bagi siswa-siswi yang menjalani hari pertamanya belajar di lingkungan sekolah.
Kesan terbaik diberikan dengan cara menghadirkan kegiatan orientasi siswa atau pengenalan lingkungan sekolah yang menggembirakan. Sebaliknya, bukan menekan dan mempermalukan (bulying).
(Baca: Yang Lain Masih Buka Pendaftaran, Sekolah Ini Sudah Orientasi 536 Siswa Baru)
”Seruan ini kami keluarkan karena masih ditemukan praktik perploncoan dan kegiatan yang kurang mendidik di sejumlah daerah saat masa orientasi siswa berlangsung,” ujar Ketua Umum PP IPM Velandani Prakoso, Jum’at (14/7).
Praktik perploncoan dan kegiatan pembodohan yang masih terjadi disebabkan kurangnya kepedulian tenaga pendidik dalam menyelenggarakan MOS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
”Selama ini, kegiatan pengenalan sekolah banyak yang dilakukan seadanya. Sekadar memenuhi tradisi yang berjalan dari tahun ke tahun tanpa adanya evaluasi dan inovasi,” kritiknya.
Kurangnya kepedulian guru maupun kepala sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan ini turut menyuburkan praktik perploncoan di sekolah. Dalam beberapa kasus misalnya, kegiatan orientasi di serahkan begitu saja kepada panitia siswa tanpa mengawal proses perencanaan dan pelaksanaannya.
(Baca juga: Gelar Fasilitator Pendamping, IPM Bangkalan Inginkan Kader Tangguh Berwawasan Qur’ani)
”Mereka yang tidak diawasi membuat kegiatan sesuka hati. Praktik pembodohan yang mereka alami dulu dilanggengkan atas dasar balas dendam dengan berbagai alasan pembenaran yang dibuat-buat,” terangnya.
Oleh karena itu, PP IPM berharap kegiatan PLS selain tetap harus melibatkan siswa sebagai fasilitatornya, juga perlu dikontrol oleh guru agar dapat meluruskan pemahaman siswa tentang definisi kreatif. Sehingga pelibatan siswa sebagai panitia bisa melatih mereka berorganisasi yang bermanfaat untuk mengembangkan nalar, daya analisis, kerjasama, dan kreativitas para siswa.
”Konsep inilah yang selama ini dilakukan di sekolah Muhammadiyah dengan menyelenggarakan Forum Ta’aruf dan Orientasi Siswa (Fortasi),” terangnya.
Velandani mengingatkan panitia PLS agar benar-benar meninggalkan praktik pembodohan yang berkedok kreativitas, tidak ada lagi kekerasan dan tekanan-tekanan psikis terhadap siswa baru.
(Baca: 3 Prasyarat Wajib agar IPM dan Nasyiah Sukses Produksi Ilmuwan dengan Semangat Dakwah)
”Masa orientasi hendaknya diselenggarakan dengan suka cita tanpa memberatkan peserta didik dalam pelaksanaannya. Seperti namanya, orientasi dan pengenalan lingkungan sekolah harus membuat siswa nyaman dan benar-benar mengenal lingkungan baru mereka,” tuturnya.
PP IPM, kata Velandani akan mengawal pelaksanaan masa PLS di sekolah-sekolah agar tidak menyalahi Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS).
”PP IPM membuka bilik pengaduan online yang beralamatkan di http://ipm.or.id/p/ mengenai adanya praktik pembodohan/perpeloncoan terhadap siswa baru di lingkungan sekolah s-Indonesia pada saat MOS atau PLS,” tandasnya.(rina/aan)