PWMU.CO – Pemilu tidak menjamin kompetisi konstentansi yang benar dan setara.
Hal ini dipaparkan Peneliti Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dr Siti Zuhro MA dalam diskusi Milad ke-111 Muhammadiyah di Gedung PWM Jatim Jl. Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (11/11/2023).
Diskusi bertema Muhammadiyah dan Dinamika Politik Jelang Pemilu 2024.
Menurutnya, komunikasi politik para elite sangat tidak mencerahkan publik dan mendorong kampanye ke arah yang tidak sehat.
Pemilu tidak menjamin kompetisi kontestansi yang benar dan setara karena ada intervensi penguasa dengan bahasa cawe-cawe.
”Jadi atas nama cawe-cawe. Saya sebenarnya tidak mau mengatakan yang katanya Pak Haedar tadi itu harus sejuk gitu kan. Kita sedang tidak sejuk bapak ibu sekalian,” katanya.
Dia berbagi cerita dua hari yang lalu diundang oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia). Dia pikir acara hanya untuk perempuan ternyata ada banyak kiai di sana. ”Gambarnya sudah pink-pink nggak tahunya audiensnya pak kiai,” selorohnya.
”Saya mengatakan ke para MUI untuk membuat kontrak politik dengan para capres dan cawapres, kontrak politiknya apa, jangan lagi terjadi yang seperti ini. Gitu aja intinya. Jadi bisa enggak dipegang omongan itu,” sambungnya.
Siti Zuhro mengatakan, masak sih nggak tahu kita ini sedang tidak sehat-sehat saja. Indonesia sangat sedang tidak sehat-sehat saja. Jadi kita tidak boleh pura-pura.
”Oke tidak ada apa-apa, gitu ya ndak boleh gitu ya, apalagi orang Jawa Timur ya Jawa Timur itu apa adanya, lugas gitu ya,” ujarnya.
Jadi, sambung dia, ini Pemilu terganggu ketika ada kelompok yang menang sangat mengabaikan komitmen politik dan penegakan hukum.
”Kita khawatir dan saya menangkap political commitment dan law enforcement dari para elite stakeholders terkait Pemilu kayaknya los sekali dan ini menyulut ketidaktaatan, inkonsistensi, distorsi, penyimpangan, dan pelanggaran hukum,” terangnya.
Zuhro menyoroti sekarang ini khalayak disuguhi dengan tontonan yang mau tidak mau harus ditonton. ”Rekondisi Pemilu yang berkualitas dan berkeadilan itu sulit terbangun di tahun 2023 karena para elitenya berkonflik,” ujarnya.
Dia menuturkan, bagaimana kita menggambarkan Bu Mega dengan Jokowi yang sama-sama banteng sedang perang dingin karena suara PDIP terfragmentasi di dua Capres Ganjar dan Prabowo.
”Apakah lalu Anies melenggang, tapi belum juga. Waktu 2019 saya berani mengatakan kalau Pemilunya benar pastinya Pak Jokowi kalah. Saya bilang itu dimusuhi banyak orang saya,” ujar Zuhro.
Menurut dia, itu ada jejak digitalnya. Ngomong benar itu tidak apa- apa. Jangan dibui kalau ngomong benar itu.
Penulis Nabila Firdausi Editor Sugeng Purwanto