Cerita di Balik Aksi Buka Baju pada Pengukuhan PDPM dan PDNA Lumajang oleh Bekti Sawiji.
PWMU.CO – Sebenarnya malam itu saya agak ragu ketika akan menjalankan sebuah skenario. Buka baju di depan audiens. Karena di detik-detik terakhir saya membaca suasana sangat memungkinkan, maka saya jalankan skenario itu.
Saya menanggalkan baju batik lengan panjang berwarna coklat yang saya kenakan saat saya berbicara di podium. Tinggal baju seragam Lazismu mewakili acara yang berbeda dalam satu forum.
Besoknya, seorang teman mengirimi saya berita ini, https://pwmu.co/327375/11/16/dua-penampakan-berbeda-bekti-sawiji-saat-mewakili-bupati-dan-lazismu/ yang memberitakan aksi saya tersebut.
Cerita di balik aksi buka baju bermula sore hari sebelum pengukuhan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) dan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Lumajang, Rabu 15 November 2023.
Setelah selesai jamaah shalat Asar di masjid dekat kantor, saya menerima pesan WA dari kepala dinas saya. Sebagai Kepala Bidang Kepemudaan Dinas Pemuda dan Olahraga, saya sangat sering menerima pesan seperti ini.
Dua potret surat undangan ditambah satu pesan singkat di bawahnya: “P. Bekti hadir”. Ini menandakan isi disposisi surat: memerintahkan saya untuk hadir mewakili kepala dinas.
Saya membaca hari, tanggal, waktu, dan tempatnya. Saya kaget ternyata waktu pukul 17.30. Sangat mendadak. Pantang menolak tugas, saya balas WA kepala dinas: “Siap, Pak” dengan saya tambahkan emoji namaste.
Masih lesehan di beranda masjid, saya buka kembali foto undangan tadi. Saya fokus pada lampiran rundown acara Pengukuhan PDPM dan PDNA Lumajang. Cukup panjang. Lalu ada yang membuat saya kaget lagi.
Ada sambutan dari Pj Bupati Lumajang. Berarti harus didampingi Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) di lokasi, dan saya sudah ditunjuk mewakili.
Saya baca lagi dua undangan itu lebih teilti. Saya kaget lagi. Surat itu ditujukan kepada Bupati Lumajang, bukan Kadispora.
Kadispora lantas menugaskan saya mewakilinya. Saya harus memberikan sambutan. Bukan masalah bagi saya bicara di depan publik karena sudah sering. Yang membuat risau adalah saya berbicara atas nama bupati.
Saya bergegas pulang. Rumah saya cukup jauh, 20 km, di Pasirian. Harus ke tempat acara sejauh 25 km. Selesai mandi saya merangkai isi sambutan pengukuhan. Cukup ucapan selamat atas pengukuhan PDPM dan PDNA.
Tiba-tiba menyelinap ide nakal. Saya juga kader Muhammadiyah. Saya Ketua Kantor Layanan Lazismu Kecamatan Pasirian. Mengapa saya tidak bicara juga sedikit tentang keterlibatan saya di Persyarikatan Muhammadiyah. Menurut saya, ini pasti lebih gayeng.
Lalu saya pakai seragam Lazismu. Kemudian memakai batik coklat lengan panjang. Yah, saya pakai baju rangkap dua.
Suasana Berubah
Begitu tiba di lokasi, saya mengisi daftar hadir sambil memberi tahu panitia bahwa saya mewakili Pj Bupati Lumajang. Saya diarahkan ke ruang tamu VIP. Beberapa senior Muhammadiyah sudah ada di sana. Setelah ramah tamah di ruang makan, lalu menuju hall tempat acara.
Setelah hiburan giliran sambutan demi sambutan telah berlalu. Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah berseloroh bahwa dia peserta lomba pidato yang ketiga. Hadirin menyambut dengan tawa.
Giliran Ketua Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah juga melempar punchline yang sama yaitu peserta lomba pidato keempat. Sambutan panjang membuat sebagian undangan gelisah. Ada yang keluar, langsung pulang. Teman saya dari PCM juga pamit pulang lewat WA.
Saat giliran saya, dengan mantap berjalan menuju podium dan mulai berbicara. Di awal sambutan menyampaikan permohonan maaf ketidakhadiran Pj bupati dan Kadispora.
Saya melempar joke supaya suasana pengukuhan gembira. Saya menyatakan malam ini saya sama dengan Bu Pj bupati. Bedanya saya tidak didampingi ajudan, tidak ada petugas protokol, tidak diantar sopir, tidak dikawal petugas Dishub atau Satpol PP, dan banyak “tidak” nya.
Joke saya mengena. Hadirin tertawa. Lalu soal ucapan selamat kepada pimpinan yang dikukuhkan, dan program kerja sama pemuda dengan pemerintah.
Setelah itu, saya mulai menjalankan skenario. Saya izin membuka baju batik dengan balik badan. Saya mendengar beberapa hadirin menjerit kecil dan ada juga yang berkomentar.
Setelah itu saya balik badan lagi menghadap audiens lagi dengan baju Lazismu. Hadirin kaget lalu tepuk tangan dan sorak sorai membahana di ruang itu.
Kini saya bicara sebagai kader Muhammadiyah. Sebagai Ketua Kantor Layanan Lazismu Pasirian. Suasana hadirin segar kembali. Tidak ada lagi undangan yang keluar ruangan atau pulang.
Cerita di balik aksi buka baju pada Pengukuhan PDPM dan PDNA Lumajang membuat gembira banyak orang.
Editor Sugeng Purwanto