PWMU.CO – 8 cara mengpresiasi perjuangan pendiri Muhammadiyah terungkap saat Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Cangaan memperingati Milad Ke-111 Muhammadiyah dan Milad Ke-106 Aisyiyah dengan tema “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta”.
Apel pagi mengawali rangkaian acara di halaman MI Muhammadiyah 5 Cangaan, Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Sabtu (18/11/2023). Saat itu hadir jajaran pimpinan dan anggota Ranting Muhammadiyah dan Aisyiyah Cangaan, pimpinan organisasi otonom (ortom) beserta anggota dan semua dewan guru beserta siswa PAUD, TK, TPA, MI dan Madin. Muhammad Anan Muhajir, Pemimpin Apel yang berseragam Kokam lengkap membuat suasana apel semakin khidmat.
Falakhul Asyhar SPdI MSi, Ketua PRM Cangaan yang baru terpilih, ketika memberikan amanat menyampaikan rasa syukur. “Atas nikmat adanya Muhammadiyah di desa yang terus bisa bertahan dan berkembang,” ujarnya.
Asyhar lalu menegaskan, “Karenanya, kewajiban kita sebagai generasi penerus adalah mewujudkan maksud dan tujuan Muhammadiyah yaitu menegakkan agama Islam berdasarkan al-Quran dan hadits shohi sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar- benarnya.”
Akhirnya dia mengajak berdoa dan berikhtiar dengan sungguh-sungguh agar Muhammadiyah tetap mencerahkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Asyhar menambahkan, “Ingatlah akan tapak tilas perjuangan para tokoh Pendiri Muhammadiyah yang telah berjuang dengan keras sehingga Muhammadiyah dapat berdiri dan berkembang sampai saat ini dengan sarana prasarana yang memadai!”
8 Cara Apresiasi Tokoh Pendiri
Untuk itu, menurutnya, mereka harus dapat mengapresiasi perjuangan tokoh pendiri dengan delapan cara berikut. Pertama, meningkatkan kebermanfaatan Muhammadiyah melalui sarana dan prasarana yang ada. Kedua, menghimpun sumber dana melalui bidang ekonomi untuk dana pengembangan persyarikatan.
Ketiga, mencetak generasi penerus yang berkarakter melalui mimbar, lembaga pendidikan dan bidang lainnya. Keempat, membantengi warga dari pengaruh teknologi dan budaya yang menyimpang dari ajaran Islam dan budaya bangsa.
Kelima, membangun komunikasi yang baik dengan keterbukaan, transparansi, dan saling menghargai sehingga tingkat kepercayaan warga meningkat. Keenam, membangun kerjasama yang baik.
“Karena pimpinan tidak bisa bekerja sendiri, butuh dukungan dari warga. Ketika bisa saling melengkapi maka kekurangan personal akan tertutupi sehingga menjadi tim yang kompak,” terangnya.
Ketujuh, membangun komitmen dalam melaksanakan tugas yang diberikan dengan penuh tanggungjawab. “Bukan hanya berupa perkataan namun harus ditindaklanjuti dengan perbuatan,” tuturnya.
Dia juga menyarankan, “Upayakan jangan menjadikan tugas sebagai kewajiban sehingga merasa menjadi beban. Namun jadikan sebagai sarana belajar, pengembangan diri dan ibadah, sehingga ketika sukses melaksanakannya kita akan merasa puas secara pribadi dan makin bersemangat dalam berjuang.”
Kedelapan, menjadikan momen milad ini sebagai ajang introspeksi diri tentang peran kita. “Tumbuhkan jiwa merasa memiliki Muhammadiyah sehingga berupaya untuk menjaganya dan selalu menjadi warisan bagi generasi selanjutnya,” ajaknya.
Usai apel, seluruh peserta duduk bersila. Tetap berbaris rapi, mereka berhadap-hadapan menikmati menu sarapan pagi yang telah disediakan oleh Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah serta guru-guru putri. Mereka tasyakuran makan bersama. (*)
Penulis Muhammad Khoirum Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni