Pentingnya Data
Dia menjelaskan pengembangan UMKM harus diawali dari data. “Jangan sampai kita buta data karena melangkah bisnis harus pakai data, bukan jare (katanya). Begitu pentingnya data, anggota pertama yang saya rekrut dalam tim LP-UMKM Jateng yakni mantan orang BPS (Badan Pusat Statistik). Orang yang tahu data dan bisa baca data. Utamanya bisa paham tentang data susesnas, survei ekonomi, sosial nasional,” ungkap Khafid.
Setelah paham data, selanjutnya perlu untuk mendidik, melatih, dan membina sumber daya manusia (SDM) UMKM kita. Lalu terkait produk, menurut Khafid pelaku usaha wajib paham tentang kualitas, kuantitas, dan kontinuitas setiap produknya. Dalam berbisnis orang harus paham tentang angka.
“Ada yang perlu dikoreksi dalam pendidikan matematika kita. Kurikulum kita mengajarkan siswa dari pelajaran tentang; tambah, kurang, kali baru bagi. Ini salah. Pendidikan Matematika untuk mencetak pengusaha diawali mengajarkan tentang; bagi, kali, kurang, dan tambah,” papar Khafid yang mencengangkan.
Demi mengembangkan UMKM, menurut Khafid sangat perlu untuk menjalin jejaring (network) yang kolaboratif. “Jangan alergi dengan istilah kapitalisme syariah, bahkan kita pengin mewujudkan oligarki UMKM dengan berkolaborasi empat LP-UMKM di empat PWM,” yaitu
Dia pun mneyebut datanya: Jawa Barat (1,5 juta UMKM), Jawa Tengah (1,4 juta UMKM), Jawa Timur (1,37 juta UMKM), dan DIY (0,5 juta UMKM).
Dua faktor terakhir untuk pengembangan UMKM, lanjut Khafid, yakni pentingnya penyediaan infrastruktur dan kebijakan yang mendukung iklim pertumbuhan UMKM di segala tingkatan wilayah dan setiap lapisan masyarakat.
“Terakhir terkait infrastruktur dan kebijakan menumbuhkan UMKM. Saya mendukung pesan Pak Adi Sasono, jangan kumpulkan musang dan ayam dalam satu kadang,” tutup Khafid yang berharap kita mampu menerjemahkan maksudnya. (*)
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Mohammad Nurfatoni