Teori Politik Al-Mawardi Jadi Pertanyaan Panelis, Cak Imin Jawab Begini

Abdul Muhaimin Iskandar (kiri) saat mendaoat Kartu Tanda Anggota Kehormatan Muhammadiyah dari Ketua Umum Pp Muhammadiyah Haedar Nashir (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Teori politik Al-Mawardi kadi pertanyaan panelis, begini jawaban Abdul Muhaimin Iskandar ketika memberikan tanggapan atas pertanyaan Panelis Bidang Agama Dr KH M Saad Ibrahim MA.

Menurut Kiai Saad, salah satu karya monumental terkait politik Islam ialah yang ditulis oleh al-Mawardi al-Ahkam as-Sulthaniyyah. “Beliau menyebut alimaamah mauduuatun likhilafati an nubuwah fi firasati ad diin wa siyasati ad dunya,” ungkapnya di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta, Rabu (22/11/2023).

Kiai Saad menjelaskan, “Politik atau kepemimpinan adalah sesuatu yang diadakan untuk meneruskan misi kenabian.”

Misi kenabian ini, sambung Kiai Saad, terdiri dari dua aspek utama. Yaitu hirasatuddin (memelihara agama) dan siyasatuddunya (mengatur dunia).

Dari menyimak visi dan misi yang disampaikan pada Dialog Terbuka Muhammadiyah bersama Calon Pemimpin Bangsa maupun yang Kiai Saad baca di beberapa pemberitaan dan lihat di YouTube, Kiai Saad menilai, “Dari visi dan misi Mas Anies dan Gus Muhaimin ini, belum tersebutkan hirasatuddin. Yang dipaparkan semuanya dalam konteks siyasatuddunya.”

“Ketika ini terjadi, maknanya menunjukkan adanya sesuatu yang sangat urgent yang diabaikan. Mohon maaf,” ujarnya, lalu mengajak, “Karena itu saya ajak semuanya, termasuk Mas Anies dan Gus Muhaimin untuk menirukan yang saya ucapkan, bersama-sama kita semua: Indonesia beragama, berkeadilan, cerdas, sejahtera, untuk semua.

Pijakan Utama Hirasatuddin

Cawapres nomor urut satu Abdul Muhaimin Iskandar kemudian menanggapi, “Pijakan utama dalam visi dan misi Amin bagian bidang keagamaan ialah hirasatuddin atau menjaga agama yang dimulai dari maqqasidus syariah atau tujuan terlaksanakan dan mewujudkan ajaran agama.”

Gus Imin juga menambahkan, prinsip proses hifdzuddin adalah prinsip pokok dalam menjaga agama dan keyakinan. “Seperti halnya beristikamah dan konsisten dalam melaksanakan Pancasila dan seluruh konstitusi. Terutama Undang-Undang Dasar 1945 yang berporos pada pembukaan UUD 45,” imbuhnya.

Dari situ dia menegaskan, “Maka otomatis dengan sendirinya, pemerintah yang konsisten melaksanakan konstitusi dan pondasi negara adalah pemerintah yang memberikan keleluasaan sekaligus ruang yang seluas-luasnya bagi agama, untuk tumbuh dan berkembang serta mengekspresikan keagamannya dengan sangat terbuka dan bebas.”

Gus Imin, sapaanya, melanjutkan, hifzuddin mencakup perlindungan terhadap keyakinan keimanan yang perlu dijaga dengan sungguh-sungguh oleh negara. Ia kemudian menekankan, agama menjadi peran yang sangat krusial dalam hal menguatkan dan membesarkan negara.

“Tanpa agama, negeri ini tidak akan bisa sekuat hari ini. Terutama karena umat Islam memiliki jumlah pemeluk terbesar dan terkuat di seluruh dunia. Ini adalah pengokoh dan pondasi dari persatuan sekaligus penentu kemajuan bangsa Indonesia. Kalau umat Islam maju, maka bangsa Indonesia pasti maju!” ucap Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia tahun 2009-2014 itu.

Imin menekankan, tanpa agama, Indonesia tidak akan sekuat hari ini. “Terutama dengan jumlah pemeluk Islam yang terbesar di dunia,” ungkapnya.

Baca sambungan di halaman 2: Niat Ibadah

M Saad Ibrahim saat bertanta pada pasangan Amin (Istimewa/PWMU.CO)

Niat Ibadah

Gus Imin juga mengatakan, tanggung jawab menjaga sumber daya alam dan kekayaan, sesuai dengan perintah agama, tercakup dalam hifdz mal, hifdz nafs, dan hifz Nasl. Dia juga menekankan peran hifdzul aql, di mana lembaga pendidikan berperan menjalankan aturan dan kebijakan negara untuk menjaga kualitas manusia dan aspek kemanusiaan. “Kewajiban utama negara mencerdaskan kehidupan bangsa,” imbuhnya.

“Dari situlah termasuk perintah agama yang pokok, dengan spirit keagamaan seluruh maqashid syariah itu, otomatis kami berdua di dalam visi dan misi terutama secara eksplisit maupun implisit semuanya kita niatkan dalam konteks ibadah, untuk mengembangkan warisan agama Islam yang kuat dan kokoh di bumi nusantara kita tercinta,” ucap almunus Universitas Gadjah Mada tahun 1991 itu.

Gus Imin menyampaikan, pada hakikatnya, pemerintah atau negara tidak mampu mempertahankan dan menangani tantangan yang dihadapi oleh bangsanya. Bahkan situasi saat ini di mana masalah pokok sangat nyata di depan mata.

Solusi Gangguan Mental

“Problem baru muncul di tengah masyarakat. Hari ini, selain penyakit maag, flu, dan sakit kepala, ada yang namanya gangguan mental yang merata di seluruh bangsa kita. Ini akibat tekanan ekonomi dan suasana sosial-budaya yang terus mengalami perubahan cepat tanpa diantisipasi dengan baik,” imbuhnya.

Gus imin menyatakan, satu-satunya solusi untuk mengatasi masalah-masalah gangguan mental, selain kemampuan negara menjaga agar warganya benar-benar terhindar dari masalah itu, juga perlu menyoroti visi dan misi yang tadi Anies sampaikan. “Apa yang disampaikan oleh Mas Anies tadi, adalah semua upaya negara di dalam mengatasi munculnya gangguan mental pada masyarakat,” ucapnya.

Menjelang akhir pemaparannya, Muhaimin menngatakan, agama perlu dikembangkan agar semua masalah gangguan mental, yang merupakan penyakit baru bangsa Indonesia, dapat segera diatasi oleh para tokoh agama, pemimpin agama, ulama, kiai, dan semua kelompok agama di tanah air.

“Dengan visi itu saya yakin dan optimis insyaallah, apa yang disebut izzul Islam wal muslimin baldatun thayyibatun warabbun ghafur, bukan sekadar slogan tetapi betul-betul agama menjadi berperan secara langsung, secara transformatif, maupun pembentukan mental dan karakter bangsa, menciptakan Indonesia yang beragama, berkeadilan, cerdas, dan sejahtera untuk semua,” tandasnya. (*)

Penulis Fatma Melani Putri dan Ario Khairul Habib Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version