PWMU.CO – Capres Ganjar Pranowo usul Indonesia membangun Wisma Haji di Mekkah dan Madinah. Ini cara memanfaatkan potensi ekonomi dari ibadah haji.
Hal itu dilontarkan Capres Ganjar Pranowo dalam paparan Dialog Terbuka Muhammadiyah Bersama Clon Pemimpin bangsa di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Kamis (23/11/2023).
Ganjar Pranowo hadir bersama pasangannya Calon Wakil Presiden Mahfud MD.
Dia menyoroti aspek spiritual dan ekonomi terkait haji. Dari sudut pandang spiritualitas umat Islam dalam menjalankan rukun Islam, dia menekankan pentingnya mempertimbangkan potensi ekonomi.
Ia merujuk pada perubahan usulan biaya haji oleh Kemenag yang menjadi Rp 94,3 juta. Ganjar mempertanyakan bagaimana dapat meningkatkan kualitas dan kuota haji dengan harga yang lebih terjangkau. Mengaitkannya dengan potensi ekonomi yang dapat muncul dari kegiatan tersebut.
Dia sudah berkomunikasi dengan para ekonom, hal tersebut baginya diharapkan menjadi langkah untuk mengurangi beban ekonomi yang harus dialami oleh masyarakat. Menyoroti tantangan ekonomi yang dihadapi masyarakat, terutama terkait biaya haji dan umrah.
“Kami bicara dengan para ekonom, kami bicara bagaimana biaya gedenya minta ampun. Masyarakat kita tidak hanya berangkat haji, tapi mereka juga umrah bahkan. Mereka ngutang bank, ada yang juga menjual asetnya dengan segala cara mereka inginkan. Kenapa kita tidak melakukan kontrak jangka panjang untuk maskapai haji dari awal? Kita pasti akan mendapatkan harga yang paling kompetitif,” tandasnya.
Ia pun mempertanyakan, mengapa Indonesia tidak membuat wisma haji Indonesia di Mekkah dan Madinah, padahal hal tersebut dapat menimbulkan potensi uang untuk kembali.
Ganjar menceritakan temannya yang memiliki bisnis pariwisata yang potensi pengembangan ekonomi melalui inovasi fintech di Tiongkok.
“Tiongkok itu membuat aplikasi fintech kemudian dia promosi pariwisata ke Bali, ketika mereka pergi ke Bali yang menarik kalau piknik, toko yang harus kamu kunjungi ini 1,2,3,” ujarnya.
Di situ ada fintech yang bisa dipakai peserta tour, fintech dari Tiongkok. Menariknya barang-barang yang boleh dibeli di situ pun disampaikan. ”Kamu bisa belanja ini itu, ini itu dan nanti dikirim secara online,” ceritanya.
Barang yang paling diminati turis Tiongkok di Bali, kata Ganjar, ternyata nomor satu kasur latex. Barang tersebut produksi Tiongkok dan dijual dengan diskon besar-besaran di tempat wisata, kemudian dibeli oleh turis Tiongkok melalui aplikasi fintech mereka sendiri.
”Menariknya, transaksi ini dilakukan tanpa barang tersebut masuk ke Indonesia, sehingga uangnya kembali ke Tiongkok,” ujarnya.
Ganjar Pranowo menyampaikan bahwa hal tersebut dapat dijadikan sebagai potensi strategi dalam memanfaatkan pasar pariwisata dengan cerdas.
“Ini adalah kecanggihan ekonomi dengan sistem yang dibangun dengan fasilitas digitalisasi dan IT yang mendekati sempurna,” tuturnya.
Menurut dia, ini tantangan bagi Indonesia. Jika kita bisa membuat wisma haji umrah, berapa orang yang akan menginap di situ?
”Kalau negara yang memiliki, atau kalau swasta yang memiliki, maka orang Indonesia kira-kira akan mempelajarinya,” tandasnya.
Penulis Ario Khairul Habib Editor Sugeng Purwanto