Momen Abdul Mu’ti dan Zainuddin Maliki Naik Kereta Kencana nan Penuh Filosofi

Prof Dr Abdul Mu’ti (kiri) bersama dan Prof Zainuddin Maliki saat naik Kereta Kencana menuju lokasi Tabligh Akbar, Ahad (26/11/2023) . Momen Abdul Mu’ti dan Zainuddin Maliki Naik Kereta Kencana nan Penuh Filosofi(Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Abdul Mu’ti dan Zainuddin Maliki menghadiri Tabligh Akbar serta Pengukuhan PCM-PCA dan PRM-PRA se-Kecamatan Benjeng, Gresik, Jawa Timur, dengan mengendarai Kereta Kencana, Ahad (26/11/2023).

Kereta Kencana merupakan delman yang disulap oleh pihak panitia penyelenggara menjadi tunggangan yang cantik dan penuh dengan hiasan bunga layaknya tunggangan pada zaman kerajaan.

“Suhudin Irmawan selaku ketua pelaksana kegiatan yang mengusulkan untuk menggunakan kereta tersebut,” ungkap Hikmah Ramadhany salah satu anggota panitia.

Dia menjelaskan, Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Dermo menggunakan Kereta Kencana dengan alasan karena Muhammadiyah lahir di Yogyakarta yang identik dengan andong atau kereta kencana. 

“Jadi seperti tapak tilas perjalanan panjang Muhammadiyah yang mampu bertahan hingga sampai saat ini,” terang Dhany, sapaan akrabnya.

Sebelum menaiki kereta kencana, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd diberi kalung bunga oleh panitia. “Artinya,Muhammadiyah hidup di tengah masyrakat untuk mewarnai kehidupan, bukan diwarnai,” tutur Dhany. 

Dia menambahkan pengalungan bunga berarti para anggota Muhammadiyah sangat mencintai pemimpin Muhammadiyah yang telah menebarkan kebaikan atau keharuman sehingga manfaat yang dirasakan sampai ke masyarakat. 

Kereta kencana yang ditunggangi oleh Abdul Mu’ti dan Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN Pra Dr Zainuddin Maliki MSi dikawal dengan sepeda jadul alias zaman dulu. Menurut Dhany hal ini memiliki makna Muhammadiyah tidak meninggalkan budaya dan nilai yang sudah ada meskipun di tengah gempuran globalisasi, lanjutnya. 

Selain dikawal oleh sepeda jadul, para personel Kokam juga turut mengiri dengan berlari. Menurut Dhany hal mempunyai filosofi bahwa Muhammadiyah terjaga dengan semangat optimisme. “Penuh spirit untuk terus maju,”ujarnya. (*)

Penulis Nadhirotul Mawaddah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version