PWMU.CO – Pesan dakwah digital membuka pelatihan jurnalistik yang berlangsung di Pondok SPEAM Putra Kota Pasuruan, Rabu (29/11/2023).
Pelatihan jurnalistik diikuti 75 santri putra bertempat di Masjid Ibrahim kompleks pondok. Menghadirkan narasumber editor PWMU.CO Sugeng Purwanto.
Dalam paparannya Sugeng Purwanto menjelaskan, sekarang kita memasuki zaman digital yang membawa perubahan sangat cepat. Banyak perusahaan bangkrut ketika digitalisasi memasuki dunia bisnis.
”Dulu Kantor Pos menguasai jasa pengiriman surat dan barang. Sejak ada HP dengan fasilitas SMS dan Whatsapp yang bisa mengirim berita dalam waktu sedetik maka berkirim surat dengan perangko, jasa pos jadi menurun. Andalan Kantor Pos tingga jasa pengiriman barang,” katanya.
Namun setelah muncul bisnis online yang melahirkan banyak perusahaan jasa ekspedisi, sambung dia, bisnis antar barang Kantor Pos pun mulai tergeser.
Begitu juga perusahaan taksi, angkota, dan ojek yang dulu menguasai jasa antar penumpang, sambung dia, kini tergantikan oleh aplikasi taksi online dan ojek online.
”Koran dan majalah cetak pun nasibnya sama. Banyak yang tutup dengan menjamurnya media online seperti website yang tayangan berita tersaji dengan cepat. Kebiasaan membacapun berubah,” ujar Sugeng Purwanto yang mantan wartawan Surabaya Post.
Media dakwah juga berubah. Tak hanya ceramah di atas mimbar dan cetakan. Website dan media sosial ramai digunakan. Seperti Youtube, Tiktok, Whatsapp, FB, X, Instagram, bertebaran aneka tayangan dakwah dari berbagai macam orang.
”Viral mubaligh medsos. Ada yang lucu, lemah lembut, keras, radikal, bahkan menyesatkan. Kualitas ilmunya beda-beda. Ada yang baru belajar, ada yang punya ilmu tinggi, ada yang cuma buat konten supaya viral cari sensasi dan monetasi,” ujarnya.
Dalam pertarungan informasi ini, kata dia, para santri SPEAM harus masuk dunia internet. Menyampaikan pesan dakwah digital di kalangan anak milenial.
”Dengan tulisan atau ceramah. Mendorong teman-teman supaya membaca, meviralkan, sehingga informasi itu terangkat, tidak tenggelam di dasar Google,” tandasnya.
Pesan dakwah digital buat anak milenial itu, kata dia, yang ringan-ringan tapi informatif dan ada referensi. Seperti cara wudhu, shalat, soal pergaulan, tips anti galau, atau mengenalkan isi Quran.
”Sebab anak milenial banyak yang belajar dari mesin pencari Google. Maka kita pun harus masuk menyajikan pilihan materi yang dibutuhkan itu,” tuturnya.
Penulis Anas Najamuddin Fakhri Editor Sugeng Purwanto