Hari-Hari Akhir
Banyak kejadian mengharukan pada hari-hari akhir kehidupan Khadijah. Misalnya ketika Khadijah sakit dia berkata kepada Rasulullah: “Maafkan aku ya Rasulullah. Sebagai seorang istri aku belum bisa berbakti kepadamu dengan baik. Maafkan kalau aku sering mengecewakanmu.” Katanya sambil menangis.
Rasulullah menjawab: “Jauh dari itu ya Khadijah. Engkau telah mendukung dakwah Islam sepenuhnya. Bukan hanya aku yang merasakan tapi seluruh orang Mukmin merasakan pengorbananmu.”
Khadijah, seorang istri yang telah mengorbankan segala miliknya untuk membantu perjuangan suami, masih dengan rendah hati dengan menangis minta maaf, jangan-jangan masih sering mengecewakan hati suami. Alangkah mulia akhlaknya. Alangkah Ikhlas hatinya. Adakah istri yang lebih mulia daripada Khadijah?
Ketika dalam keadaan sakit dia panggil anaknya Fatimah az-Zahrah. Lalu berbisik ditelinganya. “Fatimah, aku merasa hidupku tidak lama lagi. Aku takut dengan siksa kubur anakku. Karena itu tolong mintakan kepada ayahmu agar bersedia memberikan sorbannya yang dia pakai ketika menerima wahyu dulu. Aku ingin menjadikan bagian dari kain kafanku.”
“Mengapa aku yang minta Bu?” kata Fatimah. “Mengapa bukan ibu sendiri langsung yang meminta kepada ayah?”
“Aku malu Fatimah, juga takut.”
Khadijah akhirnya menghembuskan nafas terakhir dengan tenang dalam keadaan tersenyum. Dia meninggal di pangkuan Rasulullah dalam usia 65 tahun.
Dia malu meminta sorban Rasulullah. Itu bukan sorban baru. Sorban lama lebih sepuluh tahun lalu. Khadijah yang menyimpannya. Tapi dia malu memintanya. Padahal dia telah memberikan segala miliknya. Dia seperti telah melupakan semua pengorbanannya seakan tidak pernah berbuat apa-apa. Maka dia malu meminta sesuatu dari Rasulullah. Bahkan takut jangan-jangan itu merepotkan suaminya.
Rasulullah akhirnya mendengar kecemasan Khadijah. Rasulullah lalu mengatakan bahwa Khadijah tak perlu mencemaskan semua itu. “Khadijah, Allah SWT telah menitipkan salam kepadamu. Dia telah mempersiapkan tempatmu di surga, tempat tinggal yang penuh permata. Tenteram dari segala gangguan.”
Khadijah akhirnya menghembuskan nafas terakhir dengan tenang dalam keadaan tersenyum. Dia meninggal di pangkuan Rasulullah dalam usia 65 tahun. Dia wafat setelah beberapa bulan kematian Abu Thalib.
Rasulullah mengalami duka cita yang mendalam. Dua orang pembela Rasulullah yang disegani kafir Quraisy telah tiada. Abu Thalib dan Khadijah. Tahun itu dikenal dengan Amul Huzni artinya tahun duka cita. Kafir Quraisy mulai semakin bebas mengganggu Rasulullah. Sampai akhirnya Rasullah dan kaum Muslimin hijrah ke Madinah. (*)
Sebagian sudah dimuat majalah Matan Edisi 209 Desember 2023. Sumber tulisan: Khadijah, The True Love Story of Muhammad.
Editor Mohammad Nurfatoni