PWMU.CO – Peserta Live in Journey menjajal chopper (mesin pencacah super cepat) dan fermentasi rumput Pakchong (Pennisetum purpureum) di peternakan domba warga Dusun Jatirejo, Desa Pulorejo, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Sepuluh anak dari SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik itu berangkat bersama siswa MIM 10 Jombang di mana siswa SD Mugeb tinggal di rumah mereka. Di antaranya ada yang berjalan dan bersepeda untuk menuju lokasi. Titik kumpulnya seperti biasa di Masjid at-Taqwa Dusun Kedunggalih, Desa Rejosopinggir, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Setelah paginya belajar menyemai benih padi di sawah, siangnya belajar menganyam keranjang dari bambu, sore itu mereka lanjut belajar di peternakan milik pasangan suami-istri Usnia dan Iwan Rosidin. Lokasinya tepat di depan rumah mereka. Salah satu peserta Live In Journey Muhammad Farhan Favian Jiwani tinggal di sana.
Sebelum menjajal mesin pencacah dan fermentasi, Usnia menerangkan, saat ini hanya ada 6 domba pada kandang berkapasitas 40 ekor itu. “Biasanya kami isi full (penuh) sebelum puasa karena targetnya domba pejantan untuk Idul Adha,” terangnya.
Usnia dan suaminya memanfaatkan kotoran domba yang sudah kering. Dia hancurkan kotoran itu pakai chopper (alat penghancur) untuk media tanam.
Sedangkan kencing domba dia buat pupuk organik cair (POC). “Kalau mau menanam sayur di sawah, kami beri POC,” ungkap Usnia.
Usnia berharap, usai berternak domba dan ayam, ke depan ia juga memiliki binatang ternak sapi. “Kalau lengkap tiga binatang ternak itu, kambing sapi, dan ayam; kotorannya bisa mengandung Natrium, Phosphate dan Kalium (NPK). Jadi kalau pas menanam padi gak perlu beli pupuk,” ungkapnya.
Di depan kandang domba, Usnia menanam Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Indigofera sp. “Itu tanaman berprotein tinggi untuk makanan domba,” ungkapnya.
“Adakalanya saya kasih makan daun pepaya yang bagus untuk pencernaan domba. Istilahnya buat jamu. Tapi ini pahit, jadi harus dichopper dulu terus diurap sama dedak. Lalu masuk ke pemeraman dan difermentasi,” imbuh Usnia.
Baca sambungan di halaman 2: Fermentasi