PWMU.CO – Peserta Live in Journey belajar menganyam keranjang dari sesek, bambu yang diiris tipis, bersama Riasih, wali siswa MIM 10 Jombang.
Pengrajin keranjang asli Dusun Jatimenok, Desa Rejosopinggir Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang itu dalam sehari bisa membuat hingga 20 keranjang. “Satu keranjangnya Rp 5 ribu,” terang Riasih menjawab harga jual satuannya.
Keranjang bikinannya biasa dicari konsumen untuk wadah durian. Alhasil, keranjang anyamannya banyak dimanfaatkan di Wonosalam Jombang, surganya durian.
Di teras rumahnya siang itu Riasih mengungkap, panjang pring (bambu) yang dia gunakan pasti 1,2 meter. “Untuk satu keranjangnya butuh 18 bambu yang sudah diiris tipis,” ungkapnya, Rabu (20/12/2023).
Dia lantas mengiris bambu yang panjang itu dengan pisau yang tajam. “Kalau pisau mboten landep nggih nggak bisa,” terangnya dalam bahasa Jawa.
Para peserta yang awalnya duduk melingkar untuk menyimak demo Riasih menganyam sebuah keranjang, akhirnya dipecah menjadi dua kelompok. Yakni kelompok putri dan kelompok putra. Masing-masing kelompok membuat satu keranjang.
Di sesi inilah Aniqah Khaira Sunandar dan Keysha Enazwah yang paling antusias. Mereka bergantian mencoba menganyam. Riasih sesekali memandu mereka, juga membenarkan anyamannya. Semua siswa yang ikut didorong untuk mencoba menganyam, baik dari SD Mugeb maupun MIM 10 Jombang.
Oleh-Oleh Keranjang
Perlu motivasi ekstra dalam mengajak anak laki-laki mau menjalani pengalaman menganyam sesek yang langka itu. Selain menunjuk satu per satu siswa untuk bergiliran mencoba menganyam satu sampai dua baris, guru pendamping dari SD Mugeb Sayyidah Nuriyah SPsi juga menekankan itu kesempatan berharga karena belajar langsung dari sang ahli.
Adapun guru pendamping dari MIM 10 Jombang Eka Sulistiyorini SPd yang ikut mendampingi, mencoba memotivasi peserta laki-laki dengan mengajak kedua kelompok berlomba menyelesaikan keranjang sesek itu. Akhirnya kelompok putri selesai lebih dahulu di mana Keysha sangat fokus menyelesaikannya.
“Bu, boleh dibawa pulang satu keranjangnya?” tanya Keysha antusias sambil memegang keranjang timnya.
Semangat Keysha ini membuat Eka penasaran. “Mau kamu pakai buat apa di rumah?” tanyanya yang sabar mendampingi dari awal hingga akhir proses belajar langsung keterampilan hidup dari wali siswa MIM 10 Jombang itu.
“Oleh-oleh buat bunda,” ujarnya. Senyum tulus mengembang. Keysha memang selalu rindu sang bunda namun tetap bersabar bertahan tinggal di Jombang selama mengikuti program Live in Journey.
Akhirnya Riasih memberi tiga keranjang yang mereka bikin sore itu untuk dibawa pulang rombongan asal Kota Santri Gresik.
Eny Astutik, bunda Keysha ikut bersyukur dan bahagia melihat kebahagiaan putri bungsunya dari foto-foto yang guru pendamping bagikan di grup WhatsApp. “Keysha senang banget,” komentarnya.
Sebagai ibu yang memberi ruang belajar seluas-luasnya kepada sang buah hati, Eny Astutik menegaskan, “Mbak Keysha gak pernah mengalami gitu. Itu suatu pelajaran baru.”
Dia lantas mengenang, “Awalnya gak pingin ikut. Katanya, kasihan mama nanti mama ditinggal sendirian, nanti mama tidur sendirian. Pas dikasih tahu jadwal kegiatannya, Keysha tanya lagi, aku ikut boleh ta?” Akhirnya dia mengizinkan Keysha ikut program yang digagas SD Mugeb itu. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni