Bagaimana Tips Menghindari Bunuh Diri?
Menurut Ika, yang paling penting adalah keluarga. “Keluarga mengambil porsi yang amat sangat besar,” ungkapnya.
Karena itulah Ika menyampaikan, “Ayah Bunda yang memiliki putra atau putri masih kecil, kedekatan (support, komunikasi, kelekatan) psikologis harus ditingkatkan. Kenapa? Karena ini yang akan membangun anak-anak nantinya punya mental tangguh.”
Ika menegaskan orangtua harus hadir secara psikologis, bukan sekadar fisik saja. Saat ini dengan kesibukan orangtua, maka orangtua harus mengantisipasi bagaimana cara membangun komunikasi yang bagus secara kualitas, meski secara kuantitas terbatas.
Kedua, keluarga harus peka terhadap kondisi anggota keluarganya. Terutama kalau ada anggota keluarga yang mulai menunjukkan perilaku yang berbeda. Entah cenderung pendiam, tidak tertarik melakukan berbagai macam aktivitas, menyendiri di kamar, pola tidur dan makannya ada perubahan. Ini keluarga harus aware. Bisa jadi ini gejala depresi. Biasanya kasus bunuh diri diawali gejala depresi. Sudah tidak ada keinginan hidup jadi tidak nafsu makan maupun berinteraksi dengan orang, sering melamun.
Untuk individunya, belajar positif thinking (berpikir positif) pada kondisi yang dialami. “Tapi sebetulnya kita bisa melatih diri untuk mencoba selalu berpikir positif dengan segala hal yang kita alami. Ketika kita berpositive thinking, itu akan membantu kita lebih nyaman,” tuturnya.
Ika juga mengajak, “Kita juga harus mengenali diri kita sendiri. Ketika kita menyadari sedang berada di kondisi tidak nyaman, merasa tertekan, maka kita segera mencari bantuan ke ahli, bisa ke psikolog atau psikiater, atau curhat ke teman sendiri.”
Ketiga, perlu tahu bagaimana cara release (menyalurkan) emosi yang bisa membantu lebih nyaman. Tiap orang punya cara berbeda. Ada yang lebih nyaman dengan jalan-jalan ke mall, nonton bioskop, ke konser, jalan ke gunung atau pantai. “Ketika menyadari bawaan emosi sedih terus, cari pelepasan emosi yang baik!” tuturnya.
Sinyal Kondisi Kesehatan Mental
Dari merebaknya berbagai kasus bunuh diri ini, Ika menyimpulkan, sebetulnya itu sinyal atau pertanda untuk kita semua bahwa saat ini memang kondisi kesehatan mental orang Indonesia terutama generasi muda di Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Karena itulah harus menjadi perhatian semua pihak. Karena masalah ini harus diselesaikan oleh berbagai pihak. Tidak bisa oleh satu pihak saja. Berbagai pihak harus ikut serta mengurangi tingkat kasus bunuh diri ini dengan meningkatkan kesehatan mental generasi muda kita.
Berbagai pihak itu meliputi orang tua dengan cara membangun kualitas hubungan yang lebih baik dengan seluruh anggota keluarga. Dari instansi pendidikan, buat program untuk meningkatkan kesehatan mental bagi siswa sehingga membangun generasi yang tangguh. Dari pemerintah, bisa bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengadakan penyuluhan, berupa seminar atau webinar.
Kalau selama ini kesehatan fisik mudah diakses. Tapi layanan kesehatan mental masih belum. Barangkali dengan berbagai peristiwa yang ada di sekitar kita ini barangkali bisa menstimulasi pemerintah meningkatkan berbagai layanan kesehatan mental di faskes tingkat I. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni