PWMU.CO – “Aku wisuda Mei, Mbak. Doakan ya!” kata Khusnul Khotimah di lobi UMM Inn, Malang (27/7) petang. Kuanggukkan kepalaku sambil mengamini permohonannya. Khusnul bersama Ika—teman kuliah—dan Safia—putri teman mereka—sedang mengantar oleh-oleh untukku yang sedang mengikuti The Master Level Course on Sharia and Human Rights yang diadakan oleh PUSAM UMM.
(Berita terkait: Permintaan Maaf dan Terimakasih Khusnul Khotimah sebelum Wafat Kecelakaan di Depan UMM Inn)
Khusnul adalah mahasiswi yang memperoleh beasiswa S2 dalam Program Pascasarjana Konsentrasi HAM dan Syariah Universitas Muhammadiyah Malang. Anggota Departemen Sosial Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jatim itu sedang menyelesaikan thesisnya tentang pernikahan dini. “Aku ambil dari penelitian yang kuangkat saat The Master Level Course tahun lalu kok Mbak,” jelasnya saat kami berbincang menunggu hujan reda.
(Berita Terkait: Tertabrak Truk di Depan UMM Inn, Khusnul Khotimah Wafat dan Permintaan Maaf)
Setelah Maghrib, kuantarkan ketiganya menuju parkir motor UMM Inn. “Hati hati ya, nanti malam WA aku kalau jadi ketemuan,” pesanku. Khusnul memang berencana kembali ke UMM Inn untuk menemuiku lagi setelah Isya’. Rencana dia mengajak 2 teman kami yang lain—Hadiyatul Hikmah dan Maharina Novia Zahro—untuk rapat persiapan Pelatihan Paralegal. Kami berempat adalah satu tim dalam Departemen Sosial PWNA Jawa Timur.
“Di depan ada kecelakaan, bukan kamu kan?” pesan singkat yang kukirim via Whatsapp itu tak terbaca. Dari kamarku di lantai 4, aku berharap keresahan hatiku itu salah. Sampai sebuah panggilan telepon dari Mbak Deva—peserta MLC tahun ini–membenarkannya. “Tari, ini yang kecelakaan di depan itu teman kamu,” kata peserta asal Medan itu.
(Baca juga: Almarhum dr Agus Pramono: Sang Perintis yang Selalu Doakan Pemain Persela Birrul Walidain agar Tak Cedera)
Spontan kulemparkan smartphone ke tempat tidur. Semua momen dengannya berputar begitu saja dalam pikiranku. Obsesinya untuk mengawal hak-hak perempuan dan anak yang kemudian mendorongnya merancang Pelatihan Paralegal untuk perempuan muda terhenti sudah. Air mata yang tak henti mengalir selama perjalananku menuju Rumah Sakit UMM semakin menambah sesaknya dada ini melepas kepergiannya.
Kerumunan orang di depan Masjid RS UMM menghentikan langkahku sejenak. Usai shalat jenazah, aku semakin yakin bahwa almarhumah adalah orang yang sangat baik. Murah senyum. Itu kesan yang kurasakan saat pertama kali bertemu dengannya. Ramah dan suka menyapa adalah kesan dari teman teman Pimpinan Daerah NA se-Jawa Timur saat almarhumah memandu Koordinasi Aksi Serentak 21 Mei 2017 tentang Hapus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. Serius tapi santai, adalah kesan dari keluarga kecil kami di Departemen Sosial PWNA Jatim dalam setiap diskusi kami baik online maupun offline.
(Baca juga: Sedang Berpuasa Sunah, dr Agus Pramono Wafat setelah Periksa Pasien)
Bersyukur Allah masih memberikanku kesempatan untuk memandikan dan mengafani almarhumah. Kulepas ambulans yang mengantarkannya menuju rumah duka di Bojonegoro dengan ikhlas dan iringan doa. Terima kasih kepada seluruh jajaran PUSAM UMM yang telah ikut mendampingi dan mengurusi segalanya.
Kini, senyum itu masih terasa. Tawa itu masih tersisa. Selamat jalan, teman. Doa kami seindah namamu, Khusnul Khotimah. Semoga ini adalah akhir yang baik. Amien. (Ria Eka Lestari)