Berangkat dari Rumah Sakit
Ulin Nuha ikut bercerita. Dia yang bertugas sebagai office boy (OB) PWM Jatim, mengaku baru pertama naik pesawat. “Saya itu takut dan gugup saat naik pesawat. Terutama saat pesawat mau take off. Jantung saya sampai bunyi dek…dek…dek!” Tapi saya juga kagum lihat pramugari-pramugari yang sangat cantik,” ungkapnya sambil tertawa.
Ulin yang sebelumnya pegawai clining service ini menilai banyak aturan kalau naik pesawat. Sampai-sampai dia minta tolong Zainal Arifin, staf administrasi PWM Jatim, untuk selalu mengingatkannya.
Ulin juga bercerita tentang kekhawatiran ibunya saat ia berpamitan. Ibundanya bertanya apakah tidak bisa naik kendaraan lain selain pesawat. Tapi Ulin pun bisa meyakinkan ibunya, bahwa semuanya akan lancar. Dia tak lupa mengucapkan terima kasih kepada PWM Jatim. Kesempatan yang luar biasa baginya bisa pergi ke Lombok.
Cerita lainnya, putra Tamhid Masyhudi, yang pergi dengan keadaan tangan kiri dibalut gips. Sehari sebelum keberangkatan, Muh. Salman Ad-Daviq, jatuh saat sepak bola, sparing dengan lawan main tim.
“Alhamdulillah bisa berangkat. Setelah Subuh langsung berangkat dari RS Muhammadiyah Siti Khodijah Sepanjang. Dokter sudah mengizinkan, jadi tak masalah,” kata Tamhid.
Daviq dan Aisyah Mujtahidah At-Taraib (Aida) yang juga seperti sebagian dari anak-anak karyawan lainnya, baru pertama naik pesawat. Terlihat mimik muka mereka agak ketakutan, saat merasakan pesawat take off.
“Bu, telingaku rasanya kok seperti buntu (maksudnya tak dengar)?” ujar Aida, anak bungsu Tamhid- kepada ibunya selesai pesawat take off.
Baca sambungan di halaman 3: Bentuk Apresiasi