PWMU.CO – Tiga batas bercanda sesuai syariat Islam dipaparkan di program keputrian. Setiap Jumat menjelang dhuhur, SD Muhammadiyah 1 Krian (Sakri) Sidoarjo Jawa Timur mengadakan keputrian untuk kelas IV, V dan VI. Kegiatan ini sudah berjalan satu semester dengan penanggung jawab Atik Wulidatus Silsi SPd.
Materi yang disampaikan pun bervariasi seperti tentang Menjaga Kesehatan Fisik Wanita, Fiqh Wanita, dan Adab Wanita Muslimah. Ada pula membuat kerajinan tangan dari bahan sederhana seperti membuat cincin dan gelang dari manik-manik.
Keterampilan menjahit tangan yang harus wanita miliki juga diajarkan. Memasang kancing baju misalnya. Siswa membawa baju bekas, jarum, benang dan kancing. Guru mengajarkan cara memasang kancing baju yang benar. Gurup pemateri dibuat bergilir sehingga semua kebagian.
Keputrian kali ini diisi materi Adab Bercanda. Beberapa guru yang terbagi di beberapa kelompok menjelaskannya, Jumat (5/1/2023). Seperti di kelompok 6 yang diisi siswi kelas VI. Mereka terlihat semangat saat mendapat materi tambahan lebih luas untuk bekal di masa mendatang tersebut.
Ira Susanti SPdI, pemateri di kelompok 6 menjelaskan Adab Bercanda harus mengikuti aturan Islam. “Bercanda memang boleh untuk menghangatkan suasana dan menjalin keakraban dengan teman atau keluarga. Namun ada batasan yang harus dijaga,” terangnya.
Berbagai batasan pun ia paparkan. Pertama, tidak menjatuhkan orang lain dengan kalimat menghina hanya karena yang lain bisa tertawa. “Karena bercanda demikian menjatuhkan wibawa seseorang di depan umum,” jelasnya.
Kedua, bercanda tidak boleh menghina Allah, para Nabi dan Rasul ataupun para waliyullah. Ira menjelaskan salah satu contohnya, menyamakan Maryam ibunya Nabi Isa dengan wanita-wanita yang hamil di luar nikah di zaman sekarang. Padahal sangat berbeda jauh.
“Maryam wanita yang suci, tidak pernah disentuh laki-laki, wanita yang mengisi hari-harinya dengan ibadah dan dzikir. Dengan peristiwa ini Allah menunjukkan kuasanya bahwa Dia bisa menjadikan wanita hamil tanpa disentuh laki-laki,” terangnya.
Maka dipilihlah Maryam yang terbukti tak pernah dekat dengan laki-laki yang mendapatkan julukan ash Shiddiqah al Adzra’ (Gadis yang benar-benar bertaqwa). “Jika ada orang yang menyebut wanita hamil di luar nikah atau married by accident dengan sebutan Maryam zaman now, maka sungguh itu suatu penghinaan kepada hamba Allah yang shalihah!” tegasnya.
Rasulullah saja menyebut Maryam wanita langit. Wanita terbaik sepanjang sejarah. Sedangkan Khadijah istri beliau adalah wanita bumi.
“Bagaimana bisa Maryam disamakan dengan wanita pezina? Ada juga yang menyamakan perkataan kotor dengan syahadat. Sungguh ini menghina syari’at!” tegasnya lagi.
Ketiga, bercanda tidak boleh ada unsur kebohongan. “Hanya karena dibuat lelucon dan yang lain mudah tertawa seringkali bercanda kelewat batas dengan menambahkan kalimat-kalimat bohong,” ungkapnya.
Padahal, ia meluruskan, agama sangat melarang bercanda model seperti ini. “Karena terlalu banyak bercanda akan mengeraskan hati. Akan sulit menerima nasihat, semakin jauh dari hidayah dan semakin sulit pula menjalankan syari’at,” tutupnya. (*)
Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni