Mangan Bakwan Ngombe Dawet, Pesan Ketua PDM Sidoarjo di Pengukuhan

Mangan bakwan ngombe dawet, Pesan Ketua PDM Sidoarjo di Pengukuhan 20 Ranting Muhammadiyah se-Cabang Sidoarjo, Ahad (7/1/24).
Prof Dr A Dzo’ul Milal MPd (Ahmad Choirudin/PWMU.CO)

PWMU.CO – Mangan bakwan ngombe dawet, Pesan Ketua PDM Sidoarjo di Pengukuhan 20 Ranting Muhammadiyah se-Cabang Sidoarjo, Ahad (7/1/24).

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo Prof Dr A Dzo’ul Milal, menyampaikan pesannya pada para Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) se-Kecamatan Sidoarjo usai dikukuhkan. Prof Milal mengatakan, pengukuhan ibarat akad pernikahan, meski belum resepsi tapi kegiatan bisa dilakukan.

“Jika sudah dikukuhkan langsung berjalan kegiatannya. Karena Ranting Muhammadiyah itu, ibarat tombak maka dia itu ujungnya. Mangan bakwan ngombe dawet, mari pengukuhan langsung sat-set wat-wet (makan bakwan minumnya dawet, usai pengukuhan langsung sat-set wat-wet),” ujarnya disambut tawa undangan yang hadir.

Filosofi Kereta Api

Prof Milal juga mengingatkan agar mengikuti filosofi kereta api, yang selalu tepat waktu. “Maka, kegiatan Persyarikatan di semua level pimpinan harus tepat waktu, tidak boleh molor,” pesannya.  

Kedua, kereta api selalu berjalan di atas relnya. Pimpinan ranting juga harus demikian, harus taat asas. “Ketiga, kereta api harus membahagiakan penumpangnya dan membawanya sampai tujuan. Maka pimpinan ranting juga harus sama, dapat membahagiakan dan mengantarkan sampai tujuan yang diinginkan,” tuturnya.

Guru Besar UINSA Surabaya itu juga menyampaikan, bahwa ada juga yang tidak boleh ditiru dari kereta api. “Yakni tidak boleh hanya melayani yang membayar. Semuanya disejahterakan, tidak hanya warga Muhammadiyah atau Aisyiyah. Sehingga Persyarikatan menjadi rahmatan lil alamin,” paparnya.

Di Muhammadiyah, lanjut dia, juga tidak boleh ada one man show. “Semuanya tidak boleh diserahkan ke ketua, mulai dari acara, pendanaan, dan lain sebagainya. Masa ketua harus mikir sak sembarang kalire,” jelasnya.

Dia juga mewanti-wanti agar pimpinan yang baru dikukuhkan harus kompak. “Prof Thohir Luth mengatakan, jika kegiatan Muhammadiyah yang wajib itu rapat. Jika habis shalat di masjid bisa duduk-duduk bersama, ya minimal harus ada grup WA untuk koordinasi. Sehingga instruksi dari PCM atau PDM langsung bisa dilaksanakan,” pesannya.

Terakhir, Prof Milal mengatakan, agar pimpinan ranting dapat bekerja sama dengan semua pihak, dan tidak hanya internal tapi juga eksternal. “Jika di tingkat ranting dapat bekerja sama dengan kepala desa atau siapapun untuk mengembangkan ranting,” terangnya. (*)

Penulis/Editor Darul Setiawan.

Exit mobile version