PWMU.CO – Nasyiah harus bisa mengarahkan dan mengkapitalisasi suara politik. Meskipun tidak ada politik ideal di negara ini, adanya adalah politik kompromi karena untuk mengakomodir berbagai unsur dan kepentingan.
Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Brondong, Drs Mat Iskan, dalam acara Ngolah Pikir (Ngopi) yang digelar Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Brondong dengan tema Mengkaji Jihad Politik Nasyiah, Jumat (12/1/2024).
Mengawali sambutannya, Mat Iskan mengingatkan agar kegiatan PCNA Brondong yang sudah berjalan bisa ditingkatkan lagi keaktifannya dan mampu mendatangkan dampak positif, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
“Sehingga keberadaan NA ini tidak hanya berkerumun saja. Tapi betul-betul sebuah gerakan yang bisa masuk di semua medan yang ada di hadapan kita. Baik bidang dakwah, sosial, politik, pendidikan, dan bidang-bidang yang lain,” ucapnya.
Dia juga menegaskan, agar gerakan Muhammadiyah maupun Ortom di bawahnya jangan hanya berupa gerakan mimbariyah saja, tapi harus mampu bertempur di medan.
“Karena memang pertempuran yang banyak kita jumpai adalah serangan di medan darat. Kalau media sosial itu serangan udara, dan itu belum cukup. Oleh karena itu serangan darat kita juga harus kuat,” ujarnya.
Dia juga menuturkan, ketika berdakwah tidak cukup kita hanya berteriak, tapi harus bergerak. Karena siapa yang berani bergerak itu tandanya sehat, kalau orang tidak bergerak itu tidak sehat.
Ketua PCM Brondong dua periode ini juga berpesan, agar kader Muhammadiyah harus bisa berperang dalam politik dan memberi manfaat pada gerakan dakwah. Artinya kader Nasyiah harus mampu mengarahkan dan mengkapitalisasi suara pada politik.
“Sehingga hal ini menghadirkan manfaat untuk Muhammadiyah di Brondong khususnya. Selain itu, komitmen juga harus utuh. Karena sepanjang kita tidak mau bersatu, maka tidak akan kuat,” tandasnya.
Dia juga mengingatkan agar PCNA Brondong bisa hadir dalam gerakan ekonomi. Meskipun ini tidak mudah dilakukan, namun bukan berarti tidak bisa.
Apresiasi untuk Ranting-Ranting
Sementara itu, Ketua PCNA Brondong, Musfiroh MPd mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh kader Nasyiah Brondong, karena tingkat kehadiran pada acara ini sangat tinggi.
“Alhamdulillah 18 ranting hadir semua dan 90 persen personalia PCNA Brondong juga ada. Tentu hal ini harus tetap dilanjutkan, ditingkatkan, dan dipertahankan. Karena nikmat sehat tidak akan jadi nikmat ketika tidak kita gunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah,” ucapnya.
Dia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyah (PRNA) Se-Cabang Brondong yang telah berpartisipasi dalam lomba pembuatan video yang digelar Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Lamongan beberapa waktu lalu.
“Alhamdulillah PRNA Mencorek membawa nama harum PCNA Brondong dengan merebut juara 2 Se-Daerah Lamongan. Semoga tetap semangat dan sinar dakwah tertanam pada ranting-ranting yang lain,” harapnya.
Di awal preodisasi ini, Musfiroh mengajak kepada seluruh PRNA Se-Cabang Brondong untuk mulai bergerak, tertib administrasi, tertib dakwah dan tertib kaderisasi.
“Semua program itu bukan dijalankan nanti menjelang Musyran, tapi jauh hari semua itu harus kita tata. Salah satu bentuk tertib dakwah adalah bergerak, mengaktifkan, syiar dakwah digital baik lewat Facebook, Instagram, dan lain-lain. Karena tidak akan nampak syiar dakwah kita kalau tidak mengikuti perkembangan teknologi,” tandasnya.
Menurutnya, kegiatan rutin setiap bulan yang sudah dilaksanakan oleh PCNA Brondong selama ini harus terus dilanjutkan. “Diawali dari bulan ini merupakan pertemuan perdana kita setelah pelantikan. Tentu pertemuan rutin ini juga akan diagendakan dengan time line yang sudah jelas, salah satunya turun ke ranting-ranting untuk mensuporrt mereka agar terus bergerak,” paparnya.
Terkait tema yang diangkat dalam pertemuan ini, menurutnya karena hari ini kita berada di tahun politik sehingga diharapkan kader Nasyiah bisa menambah wawasan dan cerdas dalam berpolitik.
“Karena memang berpolitik atau bersiyasah itu sudah diakukan sejak zaman Rasulullah. Itu artinya, ketika kita bersiyasah berarti kita meneladani sepak terjang beliau,” terangnya.
Kedua, bahwa dinamika dakwah itu berubah. Ketiga, kader Nasyiah harus cerdas berpolitik dan tidak boleh golput . “Gunakan satu hak suara terpenting kita untuk bersumbangsih, untuk berperan dalam cita-cita menuju masyarakat, menuju peradaban, menuju umat, bangsa dan negara Indonesia yang lebih baik,” ajaknya.
Dalam acara yang digelar di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Brondong ini, panitia menginisiasi gerakan zero waste atau gerakan minim sampah. Panitia sengaja tidak menyediakan wadah untuk snack dan minuman. Sehingga peserta membawa wadah dan tumblr sendiri dari rumah.
“Kita ikhtiar zero waste untuk mengimplementasikan bahwa kita itu responsif terhadap permasalahan lingkungan sekitar. Tujuannya agar tidak ada sampah plastik yang kita hasilkan. Mudah-mudahan ini tidak hanya kita lakukan saat bernasyiah, tapi bisa kita terapkan pada kehidupan kita di rumah. Karena penyumbang terbanyak adalah sampah domestik kita,” pungkas Musfiroh. (*)
Penulis Lilik Maftuhatul Jannah Editor Nely Izzatul