Perkembangan Artificial Intelligence
Lebih lanjut, Sonny menyinggung perihal perkembangan dan pemanfaatan artificial intelligence (AI) yang belakangan semakin masif dalam mendukung proses pembelajaran.
Menurut dia, adanya teknologi AI yang begitu cerdas, bisa dimanfaatkan oleh para mahasiswa dan muriduntuk mengerjakan tugas-tugas mereka dengan mudah. Tapi sebaliknya, dosen dan guru-guru harusnya juga bisa menggunakan AI untuk mengecek apakah tugas-tugas muridnya adalah hasil karangan AI atau bukan.
“Tapi, faktanya kecanggihan AI justru membuat itu tidak sulit untuk dilakukan. Hasil karangan murid yang awalnya bisa ketahuan melalui platform atau teknologi AI lain, ternyata dapat lolos dari pengecekan karena kecanggihannya,” ungkap Sonny.
Sonny berpendapat, perkembangan digital dalam teknologi informasi dan komunikasi yang demikian cepat, pesat dan masif itu adalah dampak dari masa Covid-19, yang memaksa untuk melakukan digitalisasi terhadap segala aspek dan segala hal.
“Selain hal positif, ternyata banyak juga hal buruk yang dapat terjadi dalam perkembangan digital, seperti kebocoran data, penyebaran hoax, dan masih banyak lagi,” terangnya.
Dia memberi beberapa contoh dampak negatif siber. Ross Ulbricht yang mendirikan market atau toko ilegal di websitenya, Molly Russell yang bunuh diri di usianya yang ke-14 tahun.
Ada pula Davia Emilia yang membunuh dirinya sendiri karena ketergantungannya kepada sosial media, Takahiro Shiraishi yang melakukan kekerasan seksual dan pembunuhan berantai melalui sosial media, dan lain-lain.
Sonny menandaskan, hal-hal tersebut harus menjadikan kita lebih mawas diri dan berhati-hati dalam menggunakan dan memanfaatkan gadget. “Karena gadget sendiri bisa dimanfaatkan dengan baik atau digunakan untuk kejahatan,” tuturnya. (*)
Penulis Muafi Bintang, siswa Smamda Surabaya Editor Mohammad Nurfatoni