PWMU.CO – Prof Abdul Mu’ti mengatakan pendidikan harus menjadi sarana melakukan perubahan. Pernyataan itu disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd dalam Seminar Internasional ‘Education for Global Impact’.
Acara diselenggarakan di Auditorium AR Fachrudin Smamda, Sabtu (13/1/2024) ini dalam rangkaian Milad ke-48 SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo, Jawa Timur.
Abdul Mu’ti menegaskan pendidikan adalah proses yang harus membawa perubahan pribadi seseorang atau perubahan suatu bangsa.
Pendidikan juga adalah proses untuk memanusiakan manusia, sehingga manusia menjadi abdullah dan khalifatullah. Maka, menueutnya, pendidikan perlu menanamkan tiga hal penting yakni menjadikan seseorang sebagai pribadi yang knowledgealbe (serba tahu), capable (serba bisa), dan humble yang tetap berakhlakul karimah.
“Maka pendidikan itu tentu harus berusaha memberi layanan dan fasilitas yang baik supaya murid kita dapat mencapai cita-cita,” tutur Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarat itu.
Tokoh Muhammadiyah yang pandai bercanda itu menyampaikan pendidikan harus menjadi sarana untuk melakukan perubahan. Menurutnya, pendidikan sebagai sarana mobilitas personal dan yang ingin dibangun kemudian adalah pendidikan sebagai sarana pembangun mobilitas nasional.
“Maka harus memberi impact (dampak) yang positif di lingkungan masyarakat yang terdekat di mana pendidikan itu berada,” ungkapnya.
Manfaatkan AI
Selain Abdul Mu’ti, seminar yang dipandu oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Smamda Fuad Syukri Zein MEd ini juga menhgadirkan narasumber Dosen International Islamic University Malaysia (UIIM) Dr Sonny Zulhuda.
Dia menyampaikan sebagai tantangan baru menghadapi digitaliasai, kita mau berenang atau mau tenggelam. Nah karena Islam adalah berkemajuan maka tidak ada kata tenggelam dan mundur. Kitalah yang harus mengisi pemanfaatan gadget itu dalam segala aspek, termasuk artificial intelligence (AI).
“Ini adalah tantangan baru bagi kita sebagai pendidik,” ujarnya.
Menurutnya banyak efisiensi yang bisa dilakukan dengan AI, baik di dunia dakwah maupun pendidikan. “Bagaimana kita berkeinginan menulis tanpa harus mengarang, tapi cukup dengan perintah di mesin AI tersebut. Maka kita akan ketinggalan jika kita tidak menggunakan inovasi itu,” ujarnya.
Penasihat Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia itu mengatakan AI adalah sebuah inovasi dan tantangan dari Allah untuk membuat inovasi dan ini adalah salah satu perintah agama.
Sonny menambkan tidak ada pilihan lain kecuali meneruskan kemajuan dan tidak memandang ke belakang tapi memandang ke depan, melakukan apa yang kita mampu dan berserah kepada Sang Penguasa, baik sebagai pendidik, pendakwah, maupun abdi bangsa. (*)
Penulis Wigatiningsih Editor Mohammad Nurfatoni